Hari telah berganti, rapat orang tua siswa pun sudah siap di gerai. Seluruh siswa dan orang tuanya mulai berdatangan ke sekolah, parkiran sudah dipenuhi oleh mobil mewah yang dengan santainya terparkir rapi.
Banyak sekali para orang tua yang memakai jas dan dasi mereka, semuanya tampak sangat gagah dengan pakaian serba hitam mereka. Seakan-akan mereka sedang membanggakan diri sendiri bahwa mereka adalah sebuah pengusaha sukses yang memiliki banyak harta.
Mereka berjalan dengan angkuh ke dalam sekolah, ketukan langkah sepatu yang mengkilap mulai terdengar dari lorong-lorong yang tadinya sepi. Bahkan setengah dari mereka berjalan menggunakan kacamata agar terlihat lebih bergaya.
Para orang tua siswa mulai memasuki aula utama, dan untuk siswa yang lainnya harus mulai belajar seperti hari biasanya. Aula utama ini bisa menampung sekitar seribu orang, namun hanya 80% orang tua siswa yang datang, membuat aula utama tidak begitu penuh.
Semua mulai duduk pada tempat yang sudah di sediakan, mereka hanya berbincang tentang anak-anak mereka di sekolah. Mereka semua tampak sudah akrab satu sama lain.
Setelah semua para orang tua siswa hadir, pintu aula utama mulai di tutup oleh salah satu guru di sana. Semua yang awalnya ramai, berubah menjadi sunyi. Para tamu undangan mulai memandang ke arah depan untuk melihat kedatangan sang kepala sekolah. Ia datang dengan jas hitam berdasi biru, berjalan menuju mimbar.
Perkataan awal yang ia ucapkan hanya salam pembuka dan rasa syukur karena sampai saat ini sekolah masih bisa menjunjung tinggi nilai-nilai kependidikan di Indonesia. Panjang lebar kepala sekolah memberikan sebuah pembukaan yang sangat membanggakan.
Setelah 30 menit lewat, kepala sekolah telah selesai dengan apa yang sudah ia sampaikan. Para tamu bersorak-sorak atas rasa kagum terhadap sang kepala sekolah. Memberikan sebuah tepukan yang meriah.
Namun, tepat pada saat kepala sekolah turun dari atas panggung. Lampu tiba-tiba mati, hanya ada sedikit cahaya dari arah panggung. Layar Tanjab juga terlihat menyala, layarnya tertuju pada dinding panggung. Layarnya terlihat jelas dan besar, membuat semua orang bisa melihat layar itu.
Vidio samar-samar mulai di putar, hanya gambar hitam yang tertulis. "Kebenaran?" Kemudian gambar itu berubah menjadi gambar sebuah kosan kecil di dalam gang yang tidak begitu ramai.
- - -
Apa benar, kematian memiliki sebuah misteri di baliknya?
Lalu bagaimana dengan pembunuhan?
Ingin bertanya pada hukum, sejauh mana kalian berlari. Sampai tidak tahu jika, kematian Dera bukanlah kasus bunuh diri, namun pembunuhan!
- - -
"Hah? Kasusnya kan sudah di tutup beberapa bulan yang lalu," ucap seseorang dengan keras.
"APA-APAAN INI, APAKAH RAPAT INI HANYA AKAN MEMBAHAS TENTANG KASUS YANG SUDAH LAMPAU?!"
"Bukannya yang harus kita bahas itu tentang ujian yah, kenapa jadi Vidio kayak gitu?" Bisik seseorang.
"AYO MATIKAN VIDIONYA, ADA APA INI!"
"Ini siapa yang nyalain? Gak sopan banget!"
Terlihat Ayah Alvian dengan segap angkat suara, ia naik ke atas panggung dan mulai berbicara di depan mikrofon. "Mohon untuk semuanya, minta perhatian. Tolong tenang, saya akan minta kepada para guru di sini untuk mematikan Vidio ini. Di mohon untuk tetap tenang!"
Ayah Alvian mulai mengobrol dengan salah satu guru yang menjadi koordinator pada acara ini, namun guru itu malah menggelengkan kepalanya. Katanya ruangan yang menampilkan layar ini ada di atas, namun ruangan itu tidak bisa di buka. Katanya terkunci dari dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Renjio [ END ]
Teen Fiction15 Juli 22 - 6 Mei 23 Renjio, hidupnya dikelilingi oleh rasa bersalah kepada sahabat kecilnya Keisya. Seakan-akan kini Keisya sedang menghukum Renjio, namun ternyata hukuman itu sangat menyakitkan bagi Renjio. Seusianya ini, Renjio masih tidak bisa...