Otaknya psikopat.
Renjio melihat Abigail yang tengah berjalan memeluk bukunya di tengah lorong yang tidak begitu ramai, wajahnya terlihat lesu seperti tidak memiliki semangat hidup. Tatapannya hanya menatap ke lantai tidak menyadari bahwa sekarang Renjio tengah melihatnya.
Mereka semakin dekat, namun Abigail masih belum menyadari keberadaan Renjio. Dengan terpaksa Renjio memegang kepala Adiba supaya ia bisa berhenti dan menoleh ke arahnya.
Setelah itu Abigail mengangkat kepalanya sedikit kaget, ia melotot ke arah Renjio. "bukannya kita udah buat janji, kalau kita harus pura-pura untuk tidak saling mengenal!"
"Tapi kan lo ngak seharusnya menundukkan kepala terus? Kalau gue tadi ke tubruk sama lo, gimana?"
Abigail menoleh ke arah kanan, "jalanan juga masih lebar."
Renjio hanya tersenyum, menurutnya perilaku Abigail itu sangat lucu. Dan juga menggemaskan.
"Udah-udah minggir!" gerutu Abigail.
"Bentar, gue mau ngomong sama lo. Dan ini penting banget!"
"Gak ada hal apapun lagi yang harus kita omongin, Renjio. Lo ngak inget sama kata-kata gue waktu itu?!"
"Gue inget, cuman ini agak berbeda. Lo pasti seneng sama kabar ini, gue yakin!"
"Stop! Gue gak mau denger apapun, gak peduli mau sepenting apapun itu. Yang penting lo pergi dari hadapan gue!"
"Tapi—"
"AAAA RENJIO PERGI, ATAU GUE AJA YANG PERGI!" sambil berteriak, Abigail berlari ngacir meninggalkan Renjio.
"KALAU LO UDAH DENGER KABAR INI, TEMUIN GUE!!" teriak Renjio di akhir, walau dia tidak tahu apakah Abigail mendengar teriakannya atau tidak.
"WHATTT? JADI YANG NGEBUNUH DERA ITU DI—"
"Sssutt." ucapannya terpotong karena dengan terpaksa Seno membekap mulut Abigail dengan tangannya. Karena sekarang mereka tengah berada di perpustakaan. Takut jika ada seseorang yang akan mendengarnya.
Perpustakaan kala itu tidak begitu didatangi oleh orang-orang, hanya segelintir orang yang sedang fokus mencari dan membaca buku.
"Pelanin suara lo, takut ada yang denger!"
"Sorry, gue kelewat kaget."
"Tadi Renjio manggil gue, terus dia ajak gue ngobrol buat ngobrolin ini. Katanya dia minta maaf karena harus melanjutkan penyelidikan ini tanpa kita, tapi untungnya dia dibantu sama Alvian."
"Jadi, yang dia maksud mau ngomong itu tentang ini?"
"Lo udah ketemu dia?"
Abigail mengangguk, "tapi gue tolak, gue malah lari ngehindarin dia."
"Ini nih, orang yang gak ada sopan santunnya. Padahal dia itu kayak gini buat bantuin lo, agar lo gak terus-terusan nyakitin diri lo sendiri!"
"Ya maaf, lagian gue juga kan udah nyuruh dia buat berhenti. Dianya aja yang mau nerusin ini sendiri, eh tapi kok bisa-bisanya ya Diana pelakunya?"
"Katanya sih, si Diana punya dendam sama si Dera tapi gue sama Renjio masih belum tahu pasti dendamnya itu kayak gimana. Yang jelas malam itu, Diana pergi sendirian ke kosan Dera buat membunuh Dera sendirian dengan tangannya sendiri. Kalau dipikir-pikir si Diana nyeremin juga ya, kayak psikopat!"
"Tapi kok bisa-bisanya ya bukti di TKP ngak ditemukan oleh polisi, masa polisi kalah sama Diana yang terbilang statusnya masih seorang pelajar!"
"Dia itu penjahat kecil yang bersih, asal lo tahu aja. Bukan Dera aja yang dia bunuh, tapi Melodi juga dia yang membunuhnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Renjio [ END ]
Teen Fiction15 Juli 22 - 6 Mei 23 Renjio, hidupnya dikelilingi oleh rasa bersalah kepada sahabat kecilnya Keisya. Seakan-akan kini Keisya sedang menghukum Renjio, namun ternyata hukuman itu sangat menyakitkan bagi Renjio. Seusianya ini, Renjio masih tidak bisa...