PLAKK
Diana menggeplak pipi Axel sampai merah, matanya berkaca-kaca menatap tajam bola mata Axel. Dengan nafas yang terengah-engah Diana mencoba menarik kerah baju Axel.
"Lo cari mati?" ucap Diana dengan penuh penekanan.
Axel hanya tersenyum, ia mengusap pipi Diana. Lalu beralih ke arah rambut Diana yang sudah berantakan, Axel mengusap pelipis mata Diana yang sudah berkeringat.
"Lo gak cape bersembunyi terus? Gue capek."
"Axel, lo bener-bener mau mati kalau lo sampai menyebarkan ini semua!"
Kemudian Axel memeluk lembut Diana, ia menaruh tangan kanannya di belakang punggung dan tangan kiri di pinggang Diana. Matanya tertutup perlahan.
Diana dapat merasakan sentuhan lembut dari tangan Axel, namun ia tidak berani memeluk balik Axel. Ia masih marah terhadap Axel yang sudah tidak mencintainya lagi. Seakan-akan Diana ingin Axel tetap mencintai dirinya seorang.
"Bagaimana kalau gue nyatain perasaan gue sama Allen?"
Diana mendorong Axel. "KURANG GUE APA SIH, XEL? SAMPAI LO HARUS MILIH ALLEN?!"
Axel tersenyum pahit, "bukannya lo udah gak suka ya sama gue?"
"GUE TAHU, CUMAN LO LUPA? LO LUPA SAMA MALAM ITU?"
PLAAKK
Axel memukul pipi Diana sampai tersungkur ke lantai, Diana mengusap pipinya yang sudah merah. Kemudian Diana menangis karena kesakitan.
Sekarang sikap garang Axel sudah mencuat, ia sudah sangat kesal terhadap Diana. Bagaikan sekarang Diana adalah sebuah alat yang dengan mudah bisa menjatuhkannya kapan saja.
"Gimana kalau gue—" sebelum menyelesaikan perkataannya, tiba-tiba Axel membekap mulut Diana. Axel melotot ke arah Diana yang sedang tergeletak di lantai.
"Diam! Gue udah muak sama semua omongan lo!"
Diana memukul wajah Axel dengan sekuat tenaga, "ALLEN ADALAH PEMBUNUH! DIA JUGA PEMBUNUH!"
"Suuuttt, diam sebelum gue berubah jadi pembunuh. Karena gue bisa saja membunuh lo, sekarang juga!"
Diana malah tersenyum, "silahkan! Lo lupa siapa gue?"
"Gue gak peduli siapa lo, karena dimata gue. Lo sama orang yang ada di sekolah ini sama!"
Diana berdecak, ia memutar bola matanya ke arah lain."gue akan tetap menjadi pemenang, dan level gue itu gak bisa setara sama mereka yang hanya sampah!"
Percayalah, tidak ada yang tahu dari antara mereka berdua siapa yang benar. Karena belum tentu orang yang berkata seakan-akan mereka benar itu baik, karena mereka bisa saja dengan mudah memakai topeng.
Tanpa Diana dan Axel sadari, ada tiga orang yang tengah menonton pertengkaran mereka di depan layar laptop.
Diana dan Axel berada jelas dalam sorot kamera, bahkan percakapan mereka dengan jelas di dengar oleh Abigail, Renjio dan Seno.
"Gue bener-bener ngak bisa nebak, siapa yang salah, dan bener di antara mereka berdua. Karena gue ngerasa mereka berdua sama-sama salah!" Seno melipat kedua tangannya di atas perut.
"Tapi di sini, Diana deh. Soalnya dia bener-bener udah berada di posisi yang sangat terpojok."
"Tapi gue juga ngerasa, mereka berdua tuh tahu semuanya deh."
"Malam itu? Apa maksudnya mereka tentang malam itu? Apakah mereka pernah bermalam bersama?" tanya Renjio dengan tiba-tiba.
"Padahal kita lagi bahas apa, lo malah pindah jadi bahas yang kayak beginian. Ya tolong lah Renjio, lo peka aja. Malam? Berarti euhhh begitulah–di sini ada Abigail, bahaya!"
![](https://img.wattpad.com/cover/316314393-288-k767752.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Renjio [ END ]
Teen Fiction15 Juli 22 - 6 Mei 23 Renjio, hidupnya dikelilingi oleh rasa bersalah kepada sahabat kecilnya Keisya. Seakan-akan kini Keisya sedang menghukum Renjio, namun ternyata hukuman itu sangat menyakitkan bagi Renjio. Seusianya ini, Renjio masih tidak bisa...