"gue mau kali ini lo ngalah sama gue, karena kita sekelas gue mau lo jadi juara kedua, dan gue jadi juara pertama!" ucap Devin kepada Allen.
Allen menatap tajam mata Devin, kakinya dilipat anggun di atas sofa. Tangannya sedang memegang buku tipis di atas paha, Allen hanya menatap Devin dengan tatapan tidak suka.
"Kalau lo mau di posisi pertama, lo harus bisa kalahin gue. Lo bilang seperti itu artinya emang lo gak bisa kalahin gue, Lo udah nyerah dari awal!"
Devin sedikit terkekeh dengan ucapan yang dilontarkan Allen. "Yang pintar akan kalah dengan mereka yang ber-uang, jabatan orang tua lo jelas lebih tinggi dari orang tua gue!"
"Gue tahu, itu berarti nilai gue harus jauh lebih tinggi daripada nilai lo, jadi mending lo diam biarin gue yang duduk di posisi pertama tahun ini," ucapnya dengan angkuh, lalu matanya beralih menatap buku yang tadi ia baca.
Devin tersenyum.
Lihat aja, siapa yang akan menang. Dan siapa yang akan kalah. Karena pada dasarnya orang sombong selalu kalah diakhir!
Batin Devin.Diana, Allen, Devin, Axel dan Alvian adalah sebuah circle elite yang terkenal di seputaran sekolah Tirtamulia, orang tua mereka adalah penyumbang dana terbesar untuk sekolah ini. Orang tua mereka ingin anak-anaknya menjadi pengusaha muda di masa depan nanti.
Oleh sebab itu sekolah menyiapkan ruangan khusus tempat mereka berkumpul, hanya mereka saja yang boleh masuk ke dalam ruangan itu. Mereka bebas menggunakan ruangan itu semau mereka, ketika istirahat biasanya mereka sering memenuhi ruangan itu.
Wajah mereka tampak sangat ramah, namun hati mereka busuk. Wajah bagaikan topeng bagi mereka, apalagi mereka memiliki wajah yang sangat cantik dan juga tampan, itu akan mempermudah mereka untuk mengelabuhi siapapun.
Mereka akan berusaha keras untuk mendapatkan apa yang mereka mau, jika tidak. Semuanya akan berakhir.
Diana menghela nafasnya berat, ia membanting tubuhnya di atas sofa di depan Devin, tangannya terlentang dengan mata yang terpejam. Nafasnya sedikit terengah-engah.
"Dera sialan!"
"Lo macem-macem lagi sama dia? Cari target lain ke, dia mulu yang lo cari perasaan," ucap Alvian yang sedang bermain game di handphonenya. Matanya tak beralih dari layar Handphone.
"Ini semua akan berakhir pada waktunya, kalian semua hanya perlu menunggu sampai waktu itu tiba," ungkap Allen.
"Maksudnya? Otak gue lagi agak lemot, tolong jelasin yah mbak cantik mempesona." Alvian tersenyum lebar ke arah Allen dengan sedikit meledek.
"Lo mending diem aja deh, Lo gak tahu apa-apa. Lagian kalau lo tahu pun, lo gak bakalan ngerti!" bentak Diana.
"Ck, otak gue sama otak lo cuman benda satu sendok, gak ada bedanya. Lo cuman pintar karena uang lo aja kebanyakan, ilmu itu gak bisa di beli sama uang, bisanya itu sama otak kecil lo!"
Diana melemparkan bantal sofa kepada Alvian, amarahnya menggebu. Matanya melotot tajam ke arah Alvian. Alvian hanya tertawa terbahak-bahak meledek Diana.
Tiba-tiba Axel datang dengan membawa laptop di tangannya, wajahnya terlihat berseri-seri. Ia menoleh ke setiap orang yang ada di dalam ruangan tersebut.
Serentak mereka semua hanya diam tidak ada yang berkutik setelah Axel datang, Devin pun segera pindah posisi duduk agar Axel bisa duduk di tempatnya barusan.
Alvian menatap Axel yang datang melewatinya, tatapannya terlihat biasa. Namun sedikit rasa takut yang ia rasakan setelah Axel datang.
Axel menyimpan laptopnya di atas meja, ia menaruh kaki kanan di atas kaki kirinya. Tangannya mengusap atas telinga penuh ke sombongan. Ia menjilat samping bibirnya tengah lidah, lalu tersenyum bagaikan psikopat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Renjio [ END ]
أدب المراهقين15 Juli 22 - 6 Mei 23 Renjio, hidupnya dikelilingi oleh rasa bersalah kepada sahabat kecilnya Keisya. Seakan-akan kini Keisya sedang menghukum Renjio, namun ternyata hukuman itu sangat menyakitkan bagi Renjio. Seusianya ini, Renjio masih tidak bisa...