Seno menatap Renjio dengan heran, tidak disangka orang yang ia anggap belagu bisa sepeduli ini. Abigail benar, bahwa sekarang Renjio telah berubah drastis.
"Lo punya hubungan apa sama Dera? Sampai lo bela-belain kayak gini?" tanya Seno dengan nada yang sewot tidak suka.
Abigail sedikit memukul Seno, ia melotot ke arah Seno.
"Salah gue bantu kalian? Bukannya lebih banyak lebih baik ya?"
"Gue tahu, cuman aneh doang. Lo adalah orang yang gak peduli sama siapapun, dan sekarang lo malah sebaliknya? Lo ada niat tersembunyi, kan?"
Renjio menggeleng, "gue udah baik menawarkan diri, kalau memang kalian gak mau gue bergabung. Bilang aja, gak usah basa-basi!"
"Kki-taa mau kok!" Abigail menyenggol lengan Seno.
Seno berdeham, "oke kita terima lo, gue anggap lo cuman pengen membantu Dera. Gak lebih!"
"Kita harus lebih fokus lagi, kita juga harus lebih pintar dari mereka. Kalau kita cuman liatin mereka dari kejauhan menurut gue itu akan susah, kita harus cari taktik baru. Ada yang punya ide?" jelas Abigail.
Mereka tengah berada di gudang belakang, jarang ada orang yang datang ke gudang belakang sekolah karena memang sudah banyak barang-barang yang tak dibutuhkan lagi. Mereka memanfaatkan tempat ini untuk interogasi rahasia yang akan mereka lakukan.
Dengan berada di gudang yang sepi ini membuat mereka dengan leluasa berpendapat.
"Jadi gue sempat dengar kalau di hari kejadian itu, Diana adalah orang terakhir yang sudah bertemu dengan Dera. Sepulang sekolah ada murid yang lihat mereka berdua pulang bareng, berarti bisa jadi Diana juga ikut serta dalam pembunuhan ini!" jelas Seno.
"Pembunuh itu juga berada di kelas kita," ucap Renjio kepada Abigail.
"Diana, Allen dan Devin ada di kelas kita. Diantara mereka mungkin pembunuhnya, atau bahkan mereka bertiga sekomplotan!"
"Ini akan susah, kita harus benar-benar dekat dengan mereka. Supaya kita juga gampang untuk memancing mereka."
"Tapi kenapa lo percaya sama kita? Bahwa sebenarnya Dera itu dibunuh, bukan bunuh diri," tanya Abigail.
Renjio terlihat ragu-ragu, ia menatap Abigail dan Seno bergilir. Lalu ia mengambil sebuah note di saku kanan celananya, itu adalah note yang ia ambil dari puluhan note di atas meja Dera setelah satu hari kematiannya.
Renjio memperlihatkan tulisan itu kepada Abigail dan Seno, mungkin dengan bukti note itu akan mempermudah mereka untuk mencari pelaku sebenarnya dan karena note itu, Renjio percaya bahwa kematian ini adalah pembunuhan.
"Bagaimana? Seharusnya kamu harus berterima kasih kepadaku, karena aku kamu bisa berpulang lebih cepat." Seno membaca kembali tulisan yang ada di note.
"Gue tahu ini tulisan siapa," ungkap Abigail.
Seno semakin penasaran, ia menunggu Abigail untuk mengatakan siapa orang yang menulis di dalam note tersebut.
"Allen."
"Hah? Allen? Berarti dia juga terlibat? Semua orang di dalam itu terlibat dalam pembunuhan ini!" jelas Seno.
"Gue pernah lihat buku dia sewaktu gue mau nyontek matematika, dan gue benar-benar yakin kalau ini adalah tulisan Allen!"
"Pufttt." Seno menahan tawanya, Seno ingin tertawa karena tanpa senagaja Abigail mengatakan kebiasaannya yang sering menyontek.
"Selain tulisan Allen lo inget tulisan siapa lagi?" tanya Renjio.
"Maksud lo? Apakah ada tulisan aneh lagi selain tulisan yang di tulis oleh Allen?"
"Bukan, maksud Renjio itu. Seberapa sering lo nyontek dan hapal tulisan orang lain," ucap Seno kemudian tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Renjio [ END ]
Teen Fiction15 Juli 22 - 6 Mei 23 Renjio, hidupnya dikelilingi oleh rasa bersalah kepada sahabat kecilnya Keisya. Seakan-akan kini Keisya sedang menghukum Renjio, namun ternyata hukuman itu sangat menyakitkan bagi Renjio. Seusianya ini, Renjio masih tidak bisa...