25. Teringat

3 2 0
                                    

Keesokan harinya, dengan sangat berani Abigail memberikan foto yang sudah ayah Keisya berikan kemarin kepadanya. Niat awal Abigail ingin memberikannya kemarin, tapi ia tidak ingin jika rasa sedih datang lagi di hari yang sama.

"Apa ini?" tanya Renjio yang baru saja duduk di bangkunya.

Renjio menerima foto yang di berikan Abigail, ia berusaha untuk melihat baik-baik sosok di dalam foto itu. Mengerutkan dahinya dengan heran.

"Keisya?" ucap Renjio.

Renjio menatap Abigail dengan tatapan penuh tanya, mengapa Abigail bisa memiliki foto Keisya sewaktu masih kecil. Padahal mereka tidak saling mengenal.

"Kemarin, waktu lo pergi ke toko. Ada bapak-bapak tua nyamperin gue. Dia kenal sama lo, dia ngasih gue foto ini. Lo tahu ngak kenapa dia bisa kenal sama lo?"

Renjio menggelengkan kepalanya dengan sangat lemah.

"Dia adalah Ayahnya Keisya, makannya dia punya foto Keisya sewaktu kecil dulu karena dia itu adalah Ayahnya Keisya. Dia berpenampilan seperti gelandangan, mencari makan Luntang-lantung di jalanan."

Renjio hanya berdecak, "itu adalah hukuman untuknya, karena dirinya. Keisya meninggal, bahkan hukumannya tidak setimpal dengan rasa pedih yang dirasakan Keisya dulu. Sekarang dia ada dimana? Gue harus balas dendam sendiri kepadanya langsung, gue kira dia udah mati!"

"Renjio, kalau gue jadi lo. Gue gak bakal lakuin apapun, lo gak lihat bagaimana keadaannya dia waktu kemarin. Sangat mengkhawatirkan, berjalan aja rasanya berat."

"Abigail! Ingat, Keisya mati karena di bunuh oleh Ayahnya sendiri, lo ngak mikir kalau itu tuh benar-benar pembunuhan yang sangat kejam! Keisya itu anaknya." jelas Renjio penuh dengan penekanan.

"Gue tahu, gue tahu kalau ini tuh benar-benar keji. Tapi kan dia juga pernah di penjara, kan? Dia udah bertahun-tahun dipenjara, trus pas dia keluar dari penjara dia ngak punya apa-apa. Dia ngak punya seseorang disampingnya, dia gak punya uang buat dia hidup. Apa itu ngak cukup? Mau gimana pun dia itu adalah Ayahnya Keisya. Walaupun ayahnya yang membunuh Keisya, dia tetap adalah Ayahnya!"

"Kenapa dia harus datang, Abigail. Kenapa dia masih kenal sama gue? Kenapa dia ngak jadi jahat aja seperti dulu, kenapa malah jadi gelandangan yang sangat menyedihkan?" Renjio mulai menangis, hanya terisak di balik tangannya. Ia terlalu malu untuk menangis di dalam kelas, walau sekarang tidak banyak orang yang berada di dalam kelas.

"Saran dari gue, mending lo temuin dia. Ajak dia bicara, tolong ajarkan dia untuk ikhlas dan tidak menyalahkan dirinya sendiri atas kepergian Keisya. Sejauh ini dia sudah sangat menderita, karena dia juga ikut serta atas kehilangan anaknya!"

"Gue takut, Abi. Kalau gue temuin dia, semua angan-angan masa lalu akan terbayang lagi di pikiran gue. Kenapa hari ke hari gue malah makin dekat dengan masa lalu ini?"

"Karena lo akan bebas, anggap aja ini sebagai perpisahan lo dengan masa lalu. Lo pamitan sama Keisya dan Ayahnya, bahwa sekarang dunia lo udah berbeda. Bukannya setiap pertemuan pasti akan ada perpisahan kan? Coba lo lakuin perpisahan itu dengan cara yang berbeda."

Renjio mengangguk paham, ia mendengarkan kata demi kata yang Abigail ucapkan. Semua ucapan yang Abigail katakan kepadanya adalah sebuah fakta yang harus ia lakukan. Kini kekuatan Renjio sekarang hanya ada Abigail yang sering berada di sisinya.

Abigail telah membantu Renjio untuk mengubah dunianya yang gelap menjadi lebih terang, dari awal Renjio hanya membutuhkan sosok pengganti Keisya. Dan mungkin Abigail adalah sosok yang Tuhan kirim untuk menggantikan posisi Keisya sekarang.

Renjio menatap wajah Abigail yang sedang tersenyum berseri kepadanya, sekilas ia melihat sosok Keisya di dalam diri Abigail. Ia sangat bersyukur karena ia bisa mengenal Abigail. Perempuan cantik dengan hati yang sangat baik.

Story Renjio [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang