- 1

104K 960 6
                                    

Warning! 17+
Kids better watching Upin and Ipin!

.
.
.

Seorang cewek dan cowok saling melirik satu sama lain.

Namun lirikan itu selalu terputus jika ada kontakan mata.

Sampai seorang wanita paruh baya berusia 60 tahunan mendekati cewek yang sedang mengaduk adonan.

"Eh Omah."

Hera tersenyum lembut ke cucu perempuan yang sering main ke rumahnya.

"Tumben Mamah kamu nggak ke sini?"

"Lagi masak Omah. Nanti juga ke sini bawa makanan."

Hera mengangguk mengerti sambil mengusap rambut panjang yang dikepang satu. Membuat tampilan cucunya tambah cantik dengan pakaian kaos oversize.

Wanita itu melirik ke cucu lelakinya yang setia duduk memainkan hp.

"Nicko, kamu bukan bantuin Nara malah asik duduk aja."

Nicko pun menghampiri dua perempuan berbeda usia yang berdiri dekat pantry.

"Tadi aku lagi push rank Omah." Ucap lembut Nicko, memeluk perempuan kesayangannya setelah bundanya. Tak lupa mencuri lirikan ke Nara yang mulai memainkan adonan.

Hera menggelengkan kepalanya pelan.

"Ini kue buat siapa Mah?"

"Kan Tante Yuki mau dateng. Jadi Omah suruh Nara aja ke sini buat kue."

Nicko mengangguk mengerti. Cowok itu masih mengamati pergerakan tangan dan tubuh Nara yang luwes sekali jika di dapur.

Nicko jadi tak bisa membayangkan jika Nara luwes di ranjang memanaskannya. Sial!

"Nanti ada Kak Leo Mah?"

Pelukan di tubuh Omahnya terlepas. Cowok itu lebih jauh mendekati Nara sampai berada di sebelah cewek itu.

Bahkan Nara bisa menghirup aroma tubuh Nicko dari jarak deket.

"Ada. Sekeluarga dateng. Kayaknya Kak Leo mau ajak kalian jalan-jalan sih."

Nicko merasakan ada yang membara di dalam tubuhnya ketika melihat senyuman di bibir mungil itu.

Cowok itu melumas bibir keringnya, lalu mendorong pipi dalamnya dengan iris mata menghunus ke cewek yang tak menatapnya sama sekali.

"Mah, kalo kue ini udah selesai aku langsung pulang ya."

Hera mengangguk.

"Iya sayang. Yaudah Omah ke kamar dulu." Usapnya ke rambut itu, "Nicko bantuin cucu Omah." Lanjutnya.

Nicko mendelik sebal.

Namun tak jadi, karena di dapur tersisa dirinya dan Nara yang sedikit demi sedikit menjauhinya.

Nara melirik sekilas ke pemilik tangan berurat yang mengungkungnya dari belakang.

"Jangan buat gw nggak mau balik."

Nara berdecih. Tak ayal tersenyum senang di dalam hati.

"Balik aja sih. Gw nggak papa ini."

Nicko mengangguk tersenyum devil.

"Really? Tenang aja gw bakal pulang. Paling ke sini satu tahun sekali."

Tapi maaf, Nara tak percaya. Mana kuat cowok itu tak menemuinya. Ya kali ia melupakan Nicko dateng ke rumah omahnya memakai motor dengan tubuh yang masih melekat seragam sekolah.

Nara mengangguk saja.

"Seterah sih."

Nicko mengumpat dalam hati.

"Sombong banget sih nggak mau tatap gw." Menyentuh dagu Nara, tapi malah mendapat tepisan kasar cewek itu. 

"Ogah banget tatap lu. Mendingan gw tatap oven."

Rasanya Nicko ingin menggigit leher Nara sampai terlihat bercak kebiruan. Masa bodo sakit atau tidak, yang terpenting bisa melampiaskan rasa kesalnya.

"Sumpah gw kesel banget sama lu hari ini. Rasanya gw mau kurung lu di kamar." Gerutunya, meremas kuat pinggang Nara. Menempelkan bokong itu ke miliknya yang terlapis celana santai.

Nara tak menggubris juga.

"Lihat gw bangsat."

Nicko sangat benci diacuhkan oleh Nara. Mengharuskan Nicko mencengkram pipi Nara kuat, agar menatap matanya.

"Swakwit.. "

Pipi itu terlepas kasar. Membuat Nara ingin segera pulang dan bersembunyi dari Nicko yang mulai mengkasarinya.

"Ssh.. sakit." Melepaskan tangan Nicko dari dadanya.

"Sakit hm?"

Klik!

Nicko langsung membawa Nara ke kamarnya setelah menyelesaikan panggangan kue.

Nicko tak peduli dengan kue yang masih berada di oven. Terpenting dirinya bisa membuat Nara menangis dan tunduk ke dirinya di ranjang.

"Maaf.."

Nicko melepas kaosnya di depan Nara yang menangis dan memohon.

"Memohon di bawah gw lebih baik daripada lu harus nangis." Ucapnya dingin seraya mengusap kasar air mata Nara.

.
.
.

©Narrberry_
2022

SECRET RELATIONSHIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang