- 22

10K 355 16
                                    

"Nicko!"

Sontak pemilik nama langsung tersadar dari tidur nyenyak di pelukan sang pacar, saat suara sang bunda menyapa telinganya. 

"Nickolas Arvian Miguel!"

Jedug!

"Awsh!"

"Maaf. Nggak papa?" Tanya Nicko mengusap punggung yang beradu lututnya.

Nara berdehem tanpa membuka kelopak matanya. Bahkan cewek itu semakin mengeratkan pelukan di gulingnya. Tanpa tau suara sang wanita yang memanggilnya nama pacarnya.

"Kunci motor gw mana lagi?"

Bukannya cepat-cepat keluar dari kamar sepupu, cowok itu malah mementingkan kunci motornya yang entah kemana. Masih meraba-raba kaos dan kantong chino nya, disaat suara sang ibunda semakin terdengar nyaring.

Ck!

"Shi—"

Belum sempat menyelesaikan umpatannya, pintu kamar Nara sudah terbuka menampakan dua wanita yang menatap beda arti.

"Ngapain kamu di kamar Nara?" Tanya bundanya yang menatap anaknya dari atas sampai bawah.

"Keluar!"

Sementara mamahnya Nara hanya diam memperhatikan kakaknya memarahi ponakannya.

"Habis ngapain kamu? Rambut acak-acakan, muka kusut. Katanya mau beli minum. Kok ada di kamar Nara?"

Sial! Kunci belum ketemu ditambah pertanyaan bernada introgasi yang sangat tidak disukainya.

Cih! Lain kali kalo seperti itu, Nicko mendingan meniduri Nara daripada hanya sekedar tidur. Jadi acara introgasinya tidak setengah-setengah.

"Habis tidur. Aku ngantuk."

Bunda Nicko bergerak ke ambang pintu, mengecek keberadaan Nara yang tertidur juga.

"Ngapain tidur disini? Kenapa nggak tidur di rumah Omah? Kalo ngantuk kamu bisa tidur di ruang tamu kan? Kenapa di kamar anak gadis?" Reretan pertanyaan menyebalkan kini Nicko dapatkan.

Huh? Anak gadis?

"Tadi habis curhat, Bun. Terus kebablasan tidur. Yaudah aku tidur di situ. Emang kenapa sih? Yang penting nggak buat yang lain." Beber Nicko meskipun sedikit ada dusta.

Cowok itu mengedarkan pandangan nya ke lantai, masih mencari kunci motornya yang hilang.

"Ayo ke rumah Omah."

Nicko menahan tangan bundanya, "Duluan. Aku mau cari kunci motor dulu."

"Udah nggak papa, Kak. Nicko disini dulu, cari kunci motornya. Nanti aku suruh dia ke rumah Omah."

Bunda Nicko menggeleng, "Nggak bisa. Manusia kayak dia tuh ngambil kesempatan dalam kesempitan."

Mamahnya Nara menggeleng tersenyum, "Udah Nicko. Nanti lagi. Nanti Tante yang cari."

Nicko menggeleng samar, "Nggak usah Tan. Biar ak—"

"Nggak usah ngadi-ngadi. Liat muka kamu kucel, ileran dimana-mana, ada beleknya juga. Jelek tau nggak?"

Nicko menunjuk dirinya sendiri, "Ini anak Bunda loh. Lahir da—"

"Nggak usah dramatis. Mendingan pulang mandi, daripada jadi beban tantemu."

Akhirnya Nicko menurut. Lebih tepatnya terpaksa menuruti perkataan sang ibunda negara yang menariknya keluar dari pelantara rumah tantenya.

Meninggalkan sang pemilik rumah yang tersenyum geli melihat interaksi antara anak dan ibu.

Huft!

"Takut banget sih anaknya hilang. Lagian nggak ada yang ambil, Bun." Kesal Nicko selama melangkah ke rumah Omahnya.

"Bukan takut kamu hilang, tapi takut anak orang hilang di gondol sama cowok kayak kamu."

Sial! Bener juga!

...

Krna gw hbs cabut gigi..
Gw bakal double up!!

Tapi yg part 23 agak maleman

SECRET RELATIONSHIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang