- 14

16.1K 322 2
                                    

...

Setelah membahas kehidupan selama 3 setengah jam, akhirnya Nara bisa menghela nafas lega dari jeratan tatapan seseorang yang tak jauh dari tempat duduknya.

Cewek itu bangkit dari sana, lalu keluar dari cafe dengan perasaan campur aduk akibat aroma maskulin seseorang menembus Indra penciumannya.

"Ceritanya mau naik ojol? Nggak bakal ada."

Cewek itu tetap bersama
pendiriannya, memesan ojol sampai ada driver yang mau. Tapi sepertinya nasib sedang tidak baik, pasalnya ada driver yang menolaknya langsung.

"Kebanyakan gaya."

Mata Nara membola ketika ponselnya diambil.

"Ish! Itu ponsel aku!" Terlambat, ponsel itu sudah berada di saku celana chino Nicko.

"Naik."

Cewek itu menggerutu pelan dibelakang sang kekasih yang sudah duduk di motor.

"Kamu ngeselin."

"Lu yang lebih ngeselin. Gaya mau pulang naik ojol."

Nara mendelik tak suka. Memberi sedikit pukulan ke punggung kekasihnya yang hanya terbalut kaos.

"Emang kenapa sih? Orang naik ojol juga lebih praktis daripada sama kamu."

"Bacot!"

Bibir pink dibalik masker hidung, menye-menye mengikuti ucapan cowoknya yang bawel. Aish, Nara baru sadar kalo cowok itu banyak ngomong.

"Aku bukannya nggak mau di anter pulang sama kamu, badan kamu cuma pake kaos tipis doang. Sedangkan kamu anter aku ke Jakarta." Ah, Nara benar-benar pacar idaman sekali. Sebegitu perhatian ke pacar yang modelan nya kayak Nicko.

Sementara yang diperhatikan melirik sekilas spion motor yang memantulkan ceweknya menaruh dagu di bahu.

"Kan bisa diangetin."

"Pake kompor ya."

"Seterah."

Senyuman menggelikan terbit.

"Tadi kenapa nggak langsung pulang sama temen kamu?"

"Mereka mau ke club."

Kedua tangan Nara setia memeluk perut Nicko dari belakang. Berusaha mencegah angin malam yang masuk ke tubuh sang kekasih.

"Kamu nggak ikut?"

"Lu mau gw ikut? Nanti gw bakal join sama mereka."

"Nggak boleh! Mendingan sama aku."

Helmet Nicko mengenai kepala Nara.

"Kalo sama lu mau dikasih apa?"

"Ciuman manis lebih dari alkohol." Seketika cewek itu tersenyum membayangkannya.

"Gw tonjok kalo lu pernah minum alkohol."

Nara berdecih, "Nggak adil!"

Motor itu kemudian berhenti di tempat makanan yang beratap tenda.

"Ngapain?" Menatap sekelilingnya yang lumayan sepi.

"Dugem." Sontak mendapat tabokan kedua kalinya.

Mereka berjalan sebentar dari parkiran ke tempat makan sea food yang masih buka.

Keduanya duduk di kursi panjang kayu, namun bersebrangan.

"Udah jam setengah sepuluh, nanti kamu baliknya jam berapa?"

"Di rumah sepi?" Bukannya menjawab, malah balik bertanya.

Nara menggigit pipi dalamnya, dag-dig-dug ketika ditanyakan seperti ini. Apalagi tatapan cowok itu yang sangat mengintrogasi.

"Emm.. iya. Mamah ke rumah nenek."

Pesanan pun datang.

"Gw boleh nginep?"

Cewek itu menunduk memikirkan jawaban yang pas untuk Nicko.

"Emang kamu nggak punya temen di Jakarta?"

Alis Nicko menaik, "Ada, cewek."

Nicko bisa menangkap kecemasan cewek itu terhadap perkataan nya. Tapi apa boleh buat, angin malam dingin membuatnya ingin memeluk Nara.

"Habisin makanan nya, gw nggak bayar buat orang yang buang-buang makanan."

Cewek itu makan dengan pikiran yang berkecamuk. 

"Jangan lelet. Warungnya mau tutup."

"Bawel!"

.....

SECRET RELATIONSHIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang