Dreett!
Dreett!
"Engghh!"
Nara meremas kuat bahu Nicko saat cowok itu mulai menggerakan pinggulnya untuk mengenai bagian bawah yang hanya terhalang selapis kain.
"Mmh... "
Nara segera melepaskan tautan bibir Nicko yang menahan desahan dan lenguhan nya.
Bibir cowok itu turun ke leher lalu memainkan puting yang sedari tadi menggodanya untuk dimainkan.
"Ahh.. sshh.. "
Cewek itu mengangkat bokongnya sedikit ketika cairan miliknya ingin keluar.
"Ahh.. "
Nicko melepaskan kulumannya. Cowok itu menatap lekat wajah menggoda Nara sehabis cewek itu mengeluarkan orgasme hanya menggesekan satu sama lain.
Nicko mengecup ringan bibir itu beberapa kali. Namun Nara menahan tengkuk leher Nicko. Hingga terjadilah lumatan panas diantara mereka berdua.
Kring!
Kring!
Nicko seketika menampar bokong Nara sampai bokong itu bergetar dan menampakan warna merah.
"Awsh! Sakit!"
Nicko masa bodo. Cowok itu merebahkan tubuhnya sambil mengusap miliknya yang masih berada di dalam boxer.
Cowok itu menggigit bibirnya menahan untuk menerkam Nara yang sedang mengangkat telepon.
"Hallo?"
Bip!
"Ap–sssh! Awh!"
Nicko segera mengajar bibir Nara yang sedari tadi bicara dengan seseorang di sebrang sana.
"Oucch.. "
Nara tersentak saat tubuhnya menjadi di atas kekasihnya yang tidak bisa menunggu lama lagi.
"Tease me."
...
"Kamu mau kemana?" Tanya Nara ke cowok yang bergegas memakai baju yang beberapa jam lalu dilepas.
Nicko mengisap vape nya sekilas sebelum benar-benar rapih dengan pakaiannya.
"Kamu mau kemana Nicko?"
"Pulang. Bunda minta gw pulang." Jelas cowok yang kini menyisir rambutnya menggunakan tangan.
Nara sontak terduduk di ranjang dengan keadaan selimut tebal menutupi tubuh naked nya.
"Ini malam. Jam sembilan. Maksud kamu apa?"
Nicko berdecak.
"Bunda telepon gw terus-terusan. Gw harus apa tolol?"
Ah, Nara tak habis pikir ke Nicko yang mau meninggalkanya sendiri di villa.
Malam hari di Villa, sendirian. Nara tak pernah membayangkan itu.
Setelah pergemulan panas di atas ranjang, Nicko akan balik ke rumah.
Tanpa rasa empati, cowok itu membiarkan pacarnya sendirian di Villa yang baru dikunjungi bersama.
"Kamu mau tinggalin aku disini?"
Mata Nara mulai berkaca-kaca.
"Kamu beneran mau tinggalin aku disini sendirian? Kalo iya, kamu jahat. Kamu bener-bener jahat."
Air matanya tak bisa ditahan lagi akibat respon Nicko yang hanya diam tanpa menatapnya.
"Kita habis maki—make out. Kamu tega?"
Suara isakan mulai terdengar di telinga Nicko. Sedikit mengganggu pendengarannya.
"Jangan nangis bego, udah malam."
"Kamu yang buat aku nangis!" Balas cepat Nara yang tak mau disalahkan.
Nicko menghela nafas seraya mendekat ke cewek yang menutupi wajah tangisnya menggunakan tangan.
"Gw bakal balik."
Nara menggeleng.
Nicko menyingkirkan kedua tangan itu. Digantikan jarinya yang mengusap air mata di pipi kekasihnya.
"Nggak usah nangis. Gw nggak suka cewek cengeng."
Nara menunduk.
"Kamu yang buat aku nangis. Kamu yang selalu buat aku nangis. Tingkah kamu. Sikap kamu. Kamu!"
Nicko memejamkan matanya beberapa detik sebelum menatap sepupu yang beberapa bulan menjadi kekasihnya.
"Terima nggak terima. Ini gw. Nicko. Bukan cowok lain. Kalo lu mau cari cowok yang bai—"
"Nggak mau! Nara mau Nicko!" Potong cepat Nara yang berhasil menghadirkan senyuman di bibir Nicko.
"Good girl."
Lalu mengecup lama pipi dan bibir Nara.
"Gw pergi dulu. Hati-hati di sini. Gw bakal balik nanti pagi."
Kemudian benar-benar pergi dari tempat yang disinggahnya bersama Nara.
"Hati-hati." Ucap pelan Nara menahan isakan tangisnya yang keluar lagi.
Pada akhirnya Nara cuma bisa negative thinking selama berpacaran dengan Nicko.
Bahkan negative thinking nya lebih besar daripada positive thinking. Itu semua karena jarak yang memisahkan dan sikap Nicko yang mempelakukannya seperti boneka.
....
Next?!
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET RELATIONSHIP
RomanceTentang sepasang sepupu yang melewati batas. © narberry_ , juli 2022