Di dalam mobil ada tiga makhluk hidup, tapi dari ketiganya tidak ada yang memulai pembicaraan. Karena ketiganya sama-sama sibuk dengan aktivitasnya sendiri.
Seperti Nicko yang sibuk menyetir, Nara yang menatap pemandangan jalan dan Omah yang sedang memainkan hp di kursi penumpang.
"Nicko nanti mampir ke toko kue dulu ya, Omah mau beli makanan."
"Iya Omah."
Nicko menghela kasar dan mengumpat dalam hati menatap jalanan yang macet.
Hari ini, tidak terlalu bagus untuk cowok itu. Bertengkar dengan Nara karena nafsu dan jalanan yang mengarah ke Jakarta macet. Sial!
"Nara kamu capek sayang?"
Nara menoleh ke Omahnya, "Nggak Omah," senyumannya terpantri di bibir pink itu.
"Kamu dari tadi diem aja kenapa? Kayak orang galau."
Nara ingin tersenyum geli, tapi yang ada malah tersenyum tipis.
"Nggak Omah. Aku cuma ngantuk aja."
"Yaudah kamu tidur aja."
Nara mengangguk pelan sambil sedikit menurunkan sandaran kursi mobilnya. Kemudian mencari posisi yang nyaman untuk memejamkan mata sebentar.
"Omah kalo udah sampe bangunin aku ya."
"Iya sayang."
Nara lagi-lagi tersenyum. Tenaganya tiba-tiba habis setelah keluar dari kamar Nicko. Padahal tidak melakukan hal yang berat, hanya berdebat dan mengungkapkan isi hati ke cowok itu, tapi tenaganya seperti terkuras banyak.
Huft!
Sedangkan Nicko mencuri lirikan ke Nara yang sedari tadi tidak berbicara ke dirinya. Cewek itu sepertinya langsung silent treatment setelah keluar dari kamarnya. Buktinya cewek itu mendiamkan dan mengabaikannya selama perjalanan.
Ah, rasanya Nicko saat ini ingin memukul samsak. Menyalurkan amarahnya yang telah terpendam sedari tadi karena telah dituduh mau bermain ranjang dengan cewek lain.
"Omah, Nicko aja yang beli."
Mobil cowok itu sudah berada di tempat bakery shop.
"Nggak usah. Omah aja. Kamu jaga Nara."
Nicko tak membantah. Lagian juga cowok itu terlalu malas keluar dari mobil, apalagi matahari sangat terik. Bukan masalah kulit cepat gosong, tapi matanya yang terkadang sensitif jika terkena sinar matahari.
Wanita itu keluar, menyisakan Nicko dan Nara di mobil .
Nicko kini tengah mengamati wajah Nara yang tertidur. Sebenarnya wajah itu mengarah ke jendela, namun cowok itu ubah mengarah ke dirinya.
"Ngapain?"
Wajah Nicko tidak menunjukan kaget, cowok itu santai menatap Nara yang mementokkan tubuh ke pintu mobil. Cih! Cewek itu menjauhinya.
"Gw bisa aja bawa lu ke hotel sekarang juga."
Nara berdecih, mengabaikan kekasihnya.
"Nicko." Geram Nara saat tangan itu ingin menyusup ke dalam roknya.
Cowok itu malah tersenyum miring dan mendekatkan bibir ke telinga Nara. Namun cewek itu langsung menghindar.
"Nicko apaan sih! Kalo Omah liat gimana?!"
"Masalah?"
Nara mendorong tubuh Nicko agar menjauhinya.
"Masalah, karena kita sepupuan."
Nicko menjauh, cowok itu membanting tubuhnya ke sandaran kursi kemudi sambil menyisir rambutnya kebelakang. Lalu mengumpat pelan.
"Seenggak itu buat publish?"
"Kamu tau nggak sih resikonya?"
"Resiko atau Leo?"
Nara menatap heran bercampur tak percaya. Kenapa selalu ada nama sepupu itu di tengah pertengkaran hubungan ini.
"Kamu kenapa sih masukin kak Leo di hubungan ini?! Cuma ada aku sama kamu, Nicko. Kenapa kak Leo? Ada apa sama Kak Leo? Kamu punya masalah sama dia? Kalo punya masalah tolong selesain, bukan membatasi aku sama dia."
Saat itu juga Nicko memukul stir dan menendang bagian bawah.
Brak!
"Nicko kamu kenapa?"
Tiba-tiba Omah masuk ke mobil mendengar cucu lelakinya mengumpat sambil memukul stir beberapa kali.
"Nggak papa Omah." Itu bukan Nicko yang jawab, tapi Nara.
"Kok kamu bangun, Nar?"
"Tadi ada telepon Omah, jadi ke bangun." Pembohong yang handal.
...
Semoga kita bertemu di akhir tahun!!
Chap selanjutnya mungkin agak..
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET RELATIONSHIP
RomanceTentang sepasang sepupu yang melewati batas. © narberry_ , juli 2022