5. 📚

20.9K 3.7K 1.3K
                                    




aku selalu terharu kalo kalian masi inget detail" kecil dari alega series hahahah, mungkin ga terlalu penting buat kalian tp berarti bgt buat author kalo pembaca selalu notice. kayak dilla wibu, ale ical suka makan cilor, luna mading, nipon suno, sampe bu ayak sama pak aji kalian masih inget. lysm☹️




btw aku buatin ini deh biar ga pada bingung.

btw aku buatin ini deh biar ga pada bingung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







5. Library



Leo menghentikkan mogenya di depan warung kecil, turun sambil memasukkan seragamnya ke celana karena 8 menit lagi masuk kelas. Dia masih punya 5 menit 15 detik berada di warung, lalu sisanya untuk parkir motor di sekolah dan berjalan menuju kelas sebelum Pak Abri datang.

"Eh ada Mas Leo,"

Semua yang ada di warung langsung menoleh, Leo pun jadi pusat perhatian. Nggak cewek, nggak cowok.

"Marlboro sebungkus, Bu."

"Pagi-pagi udah nyebat aja si ganteng," Bu Narni mengeluarkan satu bungkus putih di meja. Udah hafal banget Leo suka dateng ke sini dan duduk di depan warung sambil merokok.

"Sama permen seribu."

"Siap, total 35 ribu ya."

Leo memberikan uang pas agar tidak menguras waktu untuk mengambil kembalian. Ia berjalan keluar dari warung tanpa melihat sekitar, padahal tau ada geng Naren di pojok.

Kalau mau inget, Naren yang Leo kalahin main bola waktu itu. Emang anaknya suka nggak mau terima kekalahan, jadi Leo yang dimusuhin. Tapi dia cuek aja, nggak ada faedahnya ngeladenin senior yang nggak lulus-lulus itu.

Leo awalnya tenang-tenang aja ngerokok di depan warung sambil memandang jalanan. Hp nya dari tadi berdering pasti Willy sama Abel nanyaiin dia lagi di mana.

"Eh sorry,"

Leo menunduk saat melihat abu rokok terjatuh di sepatunya. Ia kemudian mengangkat kepala, melihat Naren dengan seragam lusuh, bagian ketiak kekuningan bekas keringat, ujung kukunya kotor, rambutnya berantakan, dan bau rokok. Sempurna.

Leo nggak suka orang bau.

Leo menyingkirkan abu tersebut dari sepatunya. Kesabarannya memang setipis kertas, tapi pagi ini dia nggak punya waktu buat berantem.


Sial, 30 detik waktunya merokok terambil sia-sia.

Leo masih cuek saja melanjutkan kegiatannya, tapi Naren yang tampaknya belum puas sengaja meraih rokok Leo. "Rasa apa nih?"

"Minggi tai," Leo merampas lagi rokoknya dengan ekspresi malas.

Naren langsung tersenyum miring. "Galak bener, pantes temen lo dikit."

Leo berdiri dengan ekspresi malas, meraih tasnya untuk pergi tapi Naren sengaja menarik talinya hingga terjatuh di tanah. Ia menoleh, mendengar suara tawa dari geng-gengnya yang berisik itu.

My Frenemy ( AS 10 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang