27.

20.3K 3.9K 1.4K
                                    

dah siap konflik lom




27.


"Vape sama rokoknya dulu," Audra mengadahkan tangannya.

"Info dulu," decak Leo.

Audra memutar bola matanya malas. "Gue udah ketemu sama Naren, bukan dia yang ngusulin buat nyerang lo waktu itu."

"Terus?"

"Naren ikut-ikut doang karena dari awal dia nggak suka sama lo, jadi dia join buat ngeroyok."

"Lo bisa nggak to the point yang nyuruh siapa?"

"Gue lupa namanya, Farhan? Fahrul?"

Leo seketika mendengus kasar. "Fai,"

"Nah," Audra mengangguk. "Dia yang ngajakin duluan."

"Terus?"

"Mereka mungkin bakal rese lagi, lo ati-ati aja karena mereka bakal mancing lo dulu biar dapet kesempatan buat nyerang. Karena mereka pikir abis kejadian kemarin lo bakal nyerah balik,"

Leo menaikkan alisnya. "Gue—"


"Kalian ngapain?"


Leo dan Audra menoleh, mereka yang posisinya di bawah tangga melihat sosok Willy turun sendirian dari lantai atas.

Audra pun merampas barang di tangan Leo. "Urusan kita selesai,"

"Gue belum selesai,"

"Cukup segitu aja, bayaran lo cuma barang murahan gini."

Leo mengernyit. "Itu sejuta ke atas tai,"

"Iya murah," balas Audra. Kebetulan saling bertemu tatap dengan Willy yang sejak tadi menatapnya. "Apa?"

Willy hanya diam saja. "Abis ini masuk kelas,"

"Mau kemana lo?"

"Beli minum," Willy menatap kepergian Audra. Ia kemudian menghampiri Leo. "Ngapain kalian?" tanyanya.

Mereka berdua berjalan bersama di koridor. "Dia tau info soal Fai sama temen-temennya,"

"Kenapa dia tau?"

"Kenalan cowok dia banyak,"

"Sejak kapan lo minta tolong ke Audra?"

"Sejak dia bisa ngasih info,"

"Terus apa infonya?"

"Bener dugaan gue, Fai yang ngajakin ngeroyok. Kayaknya Naren bakal nyerang gue lagi," jawab Leo sambil mengacak rambutnya. "Anjing."

"Kenapa dia mau bantu ngasih info?"

Leo menoleh sambil mengernyit. "Kenapa jadi nanyaiin dia mulu?"

"Tinggal jawab,"

"Dih?"

Willy mengerjap. "Cuma nanya..."

"Dia minta dibayar pake vape,"

"Lo mau ngasih?"

"Itu vape lama, nggak pernah gue pake karena nggak enak."

"Kenapa nggak beli sendiri?"

Leo berdecak. "Will, gue males jawab,"

"Pelan-pelan,"

Leo menatap Willy malas. Cuma sama Willy dia bisa sabar, coba Abel, udah Leo tendang pantatnya sampai terjembap. "Dia nggak bisa beli pake uang sendiri, bakal ketauan bokapnya," jawab Leo. "Makanya mau disuruh."

"Gimana awalnya kok bisa saling minta tolong?"

Leo mengacak rambutnya. "Lo kenapa sih?"

"Sabar jangan emosi,"

My Frenemy ( AS 10 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang