50

24.7K 4K 1.5K
                                    


ak gatau kalian siap sama konflik ke depannya apa enggak, heheheheh. mungkin, yang paling berat di antara semua cerita aku.






50.



"Akhirnya kita ketemu."


Ikara menghadang Talia yang hendak pergi dari rooftop. "Mau kemana, Kak?"

Talia memalingkan wajah tanpa ekspresi. "Mau apa lagi lo? Puas udah sebar nama gue di depan banyak orang? Hah?"

"Kak Talia juga udah puas nyebar nama gue sampe kena bully senior?" tanya Ikara.

Talia menatapnya sangat tajam.

"Kak Talia salah kalo anggep gue orang baik, soalnya enggak," Ikara menggelengkan kepalanya. "Lo tau kalo masalah olim bukan gue yang salah, tapi tetep sebar fitnah dan seret Leo yang nggak tau apa-apa."

"Mau lo yang salah apa enggak, Papah lo terlibat, jadi kalian yang udah rusak mimpi gue buat ikut olim," balas Talia dengan rahang mengeras dan wajah penuh emosi.


"Kak Talia puas nggak?" Ikara bertanya membuat garis wajah Ikara turun.


"Ngomong apa bego?"

"Udah nuduh gue puas? Lo dapet apa setelah itu kalo misal gue nggak ungkap identitas lo?"

"Gila lo ya bukannya ngerasa bersalah?" Talia terkekeh heran. "Nggak ada bedanya lo sama bokap lo. Sialan emang."

"Gue ngerasa bersalah kok, makanya tulus minta maaf dan mau tanggung jawab," Ikara tersenyum tipis. "Tapi malah disalah gunaiin sama lo."

"Sial—"

"Gue nggak marah karena sempet ngerasa bersalah, tapi kalo urusan ungkap siapa akun lambe alega, mau itu orang lain tetep gue ungkap kok. Terlalu banyak yang dirugiin sama akun itu, gue salah satunya."

Talia langsung terbungkam.

"Emang siapa lagi Kak kalo bukan akun Lambe Alega yang nyebar kalo Ikara anti sosial, Ikara anak Papah, Ikara jarang ikut acara sekolah. Siapa, Kak? Nggak ada yang berani berontak karena nggak tau dalangnya siapa."

Ikara menunduk sambil menghela napas berat. "Belajar buat nggak jatuhin orang demi kepentingan diri sendiri. Pemenangnya tetep bukan elo, Kak."

Talia mengepalkan tangannya karena merasa amat malu dan terhina. "Kasian juga gue sama lo, nggak pernah ada di sekitar orang tulus."




Ikara diam.




"Inget yang gue omongin soal Ali? Semua bohong. Gue suka sama dia makanya gue ngarang cerita. Dia sering ke club karena sepupunya kerja di sana. Secara nggak langsung lo sakitin perasaan dia yang tulus suka sama lo. Dia diledekin banyak orang karena lo ghosting."

Mata Ikara sontak melebar kaget.

Tali tertawa. "Belum seberapa itu. Gue bisa sampe sejauh ini juga dapet bantuan sahabat lo. Siapa namanya? Berlina? Dia yang tau semuanya."

"Berlina...?"

"Lo bakal selalu sendiri Ra, orang-orang di sekitar lo nggak ada yang bakal stay lama. Itung mulai sekarang siapa yang udah pergi. Sahabat udah kan,"

"Kenapa lo lakuiin ini?" Ikara berusaha menahan dirinya agar tidak emosional.

Talia mengangkat bahu. "Gue seneng lo jatuh, karena lo selalu jadi pusat perhatian. Lo banyak yang suka, lo kaya, lo punya segalanya, jadi seenggaknya lo harus dikasih kekurangan. Lo punya bokap yang bisa batalin mimpi orang kapan aja demi mimpi lo, lo punya cowok yang gue sukaiin dari lama, bahkan uang bisa nyelesaiin masalah lo sama kita."




My Frenemy ( AS 10 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang