sedih ya harus pisah dari lapak ini. nulis my frenemy tuh salah satu healing aku kalo lagi stres. ketemu kalian jg ngehibur bgt.but issokay, aku bakal mampir ke lapak ini kalo kesepian, so selamat membaca.
72. END
Ami membuka lemari dapur, mengeluarkan dua piring untuknya dan Ikara sore ini jika anak itu sudah bangun dari tidur siangnya. Meniris ayam goreng dari minyak panas kemudian meletakkan tisu di atas piring.
Ia diam sejenak, memandang dua piringnya.
Lalu tersenyum dengan mata berkaca-kaca.
Dulu dia tidak pernah semangat seperti ini berada di dapur. Sebelumnya Ami hanya merasakan takut jika masakannya tidak disukai pria itu, lalu dia akan dipukul.
"Mah?"
Ami menoleh, langsung menunduk mengusap air matanya. "Hei, makan ya abis ini."
Ikara masuk ke dalam. "You okay?"
"Hm?" Ami tersenyum. "Kenapa?"
Ikara memandang mamahnya lama, lalu maju dan meraihnya ke dalam pelukan. Membuat Ami memejamkan matanya dengan ekspresi sendu. "It's okay."
Ami menunduk sambil menangis, dia tidak pernah berterus terang tentang perasaannya tapi Ikara selalu paham dan tidak bertanya. Anak ini hanya menenangkannya.
"Mah?"
"Baru kali ini Mamah hidup tanpa rasa takut, Ra. Kita bisa makan semau kita, hasil kerja Mamah sendiri. Ikara boleh ngobrol waktu makan, boleh main hp juga, boleh ketawa juga, kita nggak perlu diem, nggak perlu nahan laper."
Ikara mengangguk. "We deserve it, Mah."
"Maaf Mamah telat ngasihnya,"
"Enggak, nggak ada yang telat, Mamah udah ngelakuiin yang terbaik buat Ikara."
"Hidup kamu kita buat berantakan, Ra..."
Ikara menggeleng. "Aku nggak papa, semua udah berlalu. Sekarang Ikara bahagia, Ikara bisa ketawa, bisa ngerasaiin kasih sayang Ibu, bisa hidup bebas. Stop nyalahin diri Mamah, Okay?"
Ami mengangguk. "Makasih,"
"Ayamnya dingin nggak sih?"
Ami terkekeh sambil menyeka air matanya. "Coba dipegang,"
Ikara langsung menyentuh daging ayam di tirisan. "Lama dicuekin, jadi dingin dia."
Ami tertawa geli. "Yaudah ayo makan, Mamah tuh nyoba kan buat sambel matah, cuman kayaknya kebanyakan garem." katanya sambil merangkul Ikara dari belakang.
"Tumben nyambel?"
"Dilla yang request, dia sekeluarga kan suka sambel."
"Mamah kapan ketemu?"
"Kemaren banget, mampir waktu pulang dari kantor."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Frenemy ( AS 10 )
Teen FictionIkara sama Leo kalo disatuiin? Kacau balau. Ikara tau banget Leo nggak suka sama dia karena kerap dijadikan bahan perbandingan, apalagi begitu masuk SMA yang sama, mereka berdua berkompetisi untuk menjadi juara 1 seangkatan agar bisa mendapat beasis...