60

19K 3.9K 1.8K
                                    


sampe baca ulang buat ngingetin kalo mereka dulu pernah sedeket itu sebelum jadi seasing ini.




siapa yg buka sendirian☝🏻

60.





"Udah dari minggu lalu gue ngefollow nggak diterima sama dia," Gesya tersenyum tipis sambil menunjukan hpnya kepada Ikara yang sedang membaca novel. "Nyari IG nya mah gampang, menembus masuk yang susah."


Ikara mengulum bibirnya, jujur dia kaget ternyata Leo yang Gesya maksud. Dia tau sudah tidak ada hubungan atau urusan sama Leo, cowok itu mungkin bisa tertarik jika tau Gesya suka dengannya karena cantik. Ikara cuma heran aja, kenapa dunia jadi sesempit ini.

"Mau nyoba ramen depan kampus nggak?" tawar Ikara mencoba mengubah topik agar dia tidak perlu merespon. Rasanya aneh aja, karena nggak mungkin dia bilang Leo adalah mantannya.

"Boleh, kapan??"

"Abis matkul sosiologi hukum, kelas setelahnya masih dua jam lagi."

"Ohiya bener, gas lah," Gesya menutup hpnya. "Nglewatin fakultas Bang Asa, mau mampir?"

"Ngapain mampir?"

Gesya menahan senyum. "Ya mampir ajaa,"

"Lo gue anter aja kesana, nanti gue duluan, ya??"

"Ihhh, di sana banyak cogan Ra lo nggak mau gitu liat satu aja? Siapa tau naksir,"

Ikara menggeleng sambil memasukan novelnya ke dalam totebag. "Nggak, Jes."

"Tipe cowok lo yang gimana sih?" Gesya menopang dagunya sambil memandangi wajah Ikara. Jujur agak minder karena Ikara cantik banget, kayak sempurna gitu lihatnya, udah pinter terus auranya berkelas banget. Gesya sampai hapal tiap jalan sama Ikara pasti semua orang ngelirik.

"Nggak tau," Ikara menggeleng.

"Kok gitu deh? Dari segi fisik? Jangan bilang nggak mandang fisik?"

"Ya mandang," jawab Ikara mencoba realistis. "Orang ganteng banyak tapi yang idaman jarang."

"Bukannya ganteng udah idaman?"

"Ganteng tapi brengsek? Ganteng tapi nggak peduli masa depan? Ganteng tapi redflag? Ganteng tapi nggak bisa hargaiin perempuan? Buat apa?"

Gesya meringis. "Emang guenya aja ya yang liat cogan langsung suka nggak mikir sampe sana..."

"Harus mikir dong," jawab Ikara. "Hubungan bukan ngeliatin tampang doang, tapi ngejalanin juga, kalo pacaran sama yang nggak bisa bikin bertahan buat apa?"

"Bener sih," gumam Gesya. "Siapa yang pernah beruntung dapetin elo, Ra?? Hah?"

"Belum ada," Ikara terkekeh kecil. Ia beranjak dari kursi kafe. "Ayo 15 menit lagi kelas."

"Wait, tunggu!"






💞💞💞💞💞💞💞💞




"Bang Asa!" Gesya melambaikan tangan saat melihat kakaknya keluar dari gedung fakultasnya. "Ra? Abang gue ajak makan ramen bareng nggak papa?"

Ikara diam, jujur nggak pengen. Dia pikir hanya makan berdua saja karena janjiannya seperti itu. Tapi menolak tidak mungkin. "Bebas sih. Nggak jadi nyamperin pulang makan?"

Gesya cengengesan. "Enak rame-rame nggak sih? Temen abang gue biar ikut juga, siapa tau dapet traktiran."

"Cowok semua?"

"Ya iya... ada ceweknya maybe," jawab Gesya.

Ikara meringis pelan. "Apa gue nanti aja makannya?"

"Lo kayaknya anti banget denger kata cowok," Gesya merangkul Ikara. "Nggak papa lah ayo kita cari temen, kalo udah kenal kating tuh mau butuh sesuatu ada yang bantu. Ya nggak?"

My Frenemy ( AS 10 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang