71

19.3K 3.2K 1.4K
                                    



ini jadi top 1 part fav aku! first episode yg isinya 5000 words









Pagi itu Ikara agak kacau.


Dia berangkat ke kampus hanya menggunakan hoodie dan masker. Kebetulan ini hari pertama datang bulan dan perutnya terasa sakit sejak semalam. Ditambah tidak bisa tidur setelah menelfon Leo.


Padahal minggu-minggu kemarin mereka baik-baik aja, pergi bareng, makan bareng, berdua.


Ikara menunduk sambil memegangi perutnya yang makin nyeri. Sejak tadi dia duduk di mobil dan belum keluar sama sekali. "Mamah..." lirihnya.

Ikara membuka mobil dengan satu tangan, turun dan menundukan kepala dalam-dalam. Ia segera meraih tasnya dan melangkah masuk ke dalam gedung fakultas.

Kebetulan di koridor dia melihat Leo sedang mengobrol dengan teman-temannya membuat Ikara berhenti sesaat, kemudian berbalik badan untuk menghindar. Nggak tau juga kenapa harus menghindar.

Ikara menunduk dan mencari tempat untuk duduk dulu, ia memutuskan masuk ke dalam starbuck di dalam gedung. Meletakkan tasnya di sana dan menelungkupkan kepalanya di atas meja.




Ikara kenapa jadi kayak gini.....



"Kenapa semalem call?"

Ikara masih menelungkupkan kepalanya tapi dengan ekspresi kaget. Ia mendengar suara kursi ditarik dan seseorang duduk di depannya. Lalu merasakan sebuah tangan mengusap kepalanya membuat Ikara makin meringkuk dan tidak mau menatap Leo.

"Kepencet," jawab Ikara.

"Ada call 2 menit,"

Ikara diam.

"Siapa yang angkat?"

"Nggak tau," Ikara mengusap perutnya yang terasa nyeri lagi.

"Liat sini kalo diajak omong, Ra."

Ikara tidak menjawab dan masih bertahan di posisinya. Leo sempat menghela napas jengah, membuat Ikara menautkan alisnya. Kayak, selalu tersinggung tiap Leo melakukan itu. Kayak orang yang udah males sama dia.

Sekarang perutnya makin sakit, Ikara mulai emosian, dan perasaannya campur aduk.

Akhirnya kalimat keramat yang ia lontarkan. "Gue mau sendiri dulu."



Suasana hening lama.



"Kita gimana kalo lo kayak gini?" tanya Leo dengan helaan napas berat.

Ikara langsung mengangkat kepalanya. "Gini gimana sih, Le? Gue pengen sendiri dulu—"

"Lo gini emang karena nggak tau atau sengaja nggak tau?"

"Apa lagi...?" Ikara berdecak.

Leo jadi menautkan alisnya tak paham mendapati respon barusan. "Ini gue salah nanya gini? Kenapa responnya gitu?"

"Kalo dateng mau ngajak berantem mending—"

"Nggak ada yang ngajak berantem, lo yang ngerespon nggak enak dari awal."

"Gue lagi—"

"Jangan kayak anak kecil, Ra."

Ikara mengerutkan dahinya. "Apa?"

"Abel Ela salah paham cuma karena mungkin lo ngeluh, kenapa nggak ngeluh di gue aja kalo ada yang ngebebanin pikiran lo?"

"Kenapa sekarang bawa-bawa mereka? Gue nggak ngeluh,"

"Lo yang mulai duluan,"

"Gue nggak ngapa-ngapain loh," Ikara terkekeh heran. "Lo yang aneh."

"Gue aneh kenapa?"

My Frenemy ( AS 10 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang