47

25.2K 4.8K 3.7K
                                    



yg gakuat gausa baca. hehe


soalnya ini eps paling fav peringkat 1.


soalnya ini eps paling fav peringkat 1

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







47






"Ayo pulang."

"Gue ke toilet bentar," Ikara berdiri dan meraih barang-barangnya. Ia berjalan cepat menuju toilet dan menutup pintunya rapat.

Ikara membungkuk sambil mengatur napasnya, lalu menatap wajah merahnya di cermin. Terlintas lagi momen beberapa menit lalu yang nyaris merusak detak jantungnya.

Tenang, yang tenang.


Ikara menegakkan tubuhnya dengan ekspresi tenang. Ia kemudian melangkah keluar seolah tidak terjadi apa-apa. Menatap Leo yang sedang menunggu di atas motor membuat jantungnya berdetak makin kencang.


Bisa-bisanya cowok itu bersikap biasa. Bisa-bisanya....

"Udah?"


Sial, suaranya.




Ikara mengulum bibir dan mengangguk. "Itu apa tuh lo duluan aja—"

"Hah?"

"Gue sama Pak Seto,"

"Kenapa?"

"Mau ke perpus dulu."

"Yaudah ayo,"

"Nggak, gue lama, sama itu, lo pasti udah ditunggu—"

"Nggak ditunggu," Leo menggeleng. Ia meraih pergelangan tangan Ikara agar mendekat pada motor. "Gih naik."

Ikara menghela napas berat. "Mau pulang sendiri,"

"Gue nggak boleh nemenin?"





"Nggak," Ikara menggeleng sambil menunduk. "Kenapa sih lo bisa setenang ini...? Atau bisa nggak pura-pura nggak baik-baik aja."




Lagu Pelangi milik Hivi dari dalam kafe masih bisa terdengar dari luar. Lonceng kembali berbunyi karena ada pelanggan masuk.



'Tetaplah engkau di sini, jangan datang lalu kau pergi.'




Leo ikut menunduk, ia meraih jari-jari mungil Ikara dan mengusapnya. "Emang lagi nggak baik-baik aja."



'Jangan anggap hatiku, jadi tempat persinggahanmu. Untuk cinta sesaat.'




Ikara melirik ke mata Leo. "Hm?"








My Frenemy ( AS 10 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang