3 eps kujadikan 1.75 eps kebanyakan ga hehe,
59.
"Baik, kelas saya akhiri. Untuk pengumpulan tugas lewat Bridgweb, batas pengumpulan hari ini jam 12 malam ya. Bisa diingat lagi times new roman, font 12, spasi 1,5. Sekian."
"Makasih, Prof!"
Setelah dosen keluar kelas Ikara menutup buku catatannya, ia kemudian msmbuka tas dan mengelurkan liptint karena warna sebelumnya pudar. "Kelas kita jam berapa lagi?"
"Wait gue liat,"
"B.2.3," sahut Ben dari belakang yang lewat bersama Denis.
Ikara mendongak. "Oh, thanks."
"Kantin guys?" tawar Denis. "Lo pada nggak laper abis pertempuran gini?"
"Jujur udah kenyang sama materi," jawab Gesya membuat Ikara terkekeh.
"Kelasnya masih sejam lagi sih," ucap Ben. "Kalian kalo masih bingung sama tempat, gue kasih tau hidden gem di Bridga yang populer."
"Itu namanya bukan hidden gem lagi nggak sih?" gumam Ikara.
"Pinter," Gesya mengangguk.
"Gitu, ya?" Ben meringis.
"Gue mau nyamperin Abang dulu," jawab Gesya. "Dia bawa uang gue. Lo mau ikut atau gimana, Ra?"
"Duluan aja," jawab Ikara. "Mau nyari perpus."
"Waduh," Denis tersenyum bersama Ben. "Udah kecium bau-bau orang cerdas."
"Nggak salah pilih temen," Gesya mengangguk bangga. "Yaudah ketemu di kelas aja ya atau nggak tar kabar-kabaran."
"Okey," Ikara beranjak dan meraih tasnya, sempat melirik Ben dan Denis yang masih berdiri di tempatnya. "Duluan."
"Oh," Ben mengerjap. "Tau perpusnya nggak?"
"Belum, ini mau nyari." jawab Ikara sambil melangkah pergi setelah Gesya.
"Dia bukan tipe yang, nggak tau nih bisa tolong anterin nggak??" bisik Denis membuat Ben mendengus. "Orang tertutup kayak dia biasanya udah punya cowok."
"Jangan gitu lah anjir baru juga mulai," dacak Ben membuat Denis terbahak.
💞💞💞💞💞
Papah : udah ikut organisasi apa??
Ikara meletakkan hpnya, dia kembali memakai headphone yang sedang memutar lagu SZA. Duduk sendirian setelah menemukan taman kecil di belakang gedung. Tidak jadi ke perpus karena belum terbiasa dengan tempatnya.
"Ini kamu bawa helm buat aku?"
Ikara menoleh, masih bisa mendengar karena volumenya kecil. Kebetulan di belakang gedung juga dijadikan tempat parkiran. Ia memandang dua sejoli yang sedang mengobrol di depan motor.
"Iya, helm mamah aku, pake aja."
"Kok??"
"Turun temurun dong, nanti dipake ke anak kita."
"Heh!" Mereka berdua saling tertawa membuat Ikara menarik sedut bibirnya.
Tapi detik berikutnya garis wajah Ikara menurun dengan tatapan kosong.
"Jadi Papah beli helm ini buat Mamah yang bisa minta tolong anter jemput kapan aja. Helmnya selalu dia bawa kemanapun Papah pergi."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Frenemy ( AS 10 )
Teen FictionIkara sama Leo kalo disatuiin? Kacau balau. Ikara tau banget Leo nggak suka sama dia karena kerap dijadikan bahan perbandingan, apalagi begitu masuk SMA yang sama, mereka berdua berkompetisi untuk menjadi juara 1 seangkatan agar bisa mendapat beasis...