35. Ael

1.3K 77 14
                                    

Tiba tiba hujan turun membasahi kami berdua. Selang beberapa saat bang wira memberhentikan motornya disebuah gubuk kecil ditengah hutan. Jujur ini padahal baru jam 3 sore tapi udah kaya waktu maghrib, huhuhuhu. Kami memutuskan untuk berteduh di gubuk tersebut sampai hujan sedikit reda.

"Bang wira sakit" aku terjatuh ketika akan memasuki gubug tersebut
"Haduh hati hati de" jawabnya dan sambil menggendong aku memasuki gubug tersebut

Ditengah hujan hanya ada dia diantara kita berdua. Akan tetapi suasana dingin semakin menjadi dan bang wira dengan sigap membuat api di dalam gubug. Ternyata api saja tidak cukup membuat hangat badan aku yang kurus. Tanpa ada aba aba.......
"Bruuuuuk" suara pelukan bang wira memeluk tubuhku
"Masih dingin??" tanya nya
"Iii....yyyyaaaaa " jawabku menggigil

Setelah terdiam lagi tiba tiba bang wira bersuara kembali
"Ade ingat ngga? Pertama kali kita pelukan dulu di jogja, merapi jadi saksinya" utasnya
"Iya ade ingat, itu udah lama banget" jawabku

Kamipun bernostalgia dengan mengingat masa lalu dan pada akhirnya terasa kecupan di kening dan pipiku yang dilakukan oleh bibir bang wira.
"Bang udah" utasku menghentikan perbuatannya
"Kita udah lama lho de, abang kangen" sahutnya kembali dan mulai mencumbu leher dan pipi

Pada akhirnya dia dengan berani mengecupkan bibirnya kepadaku, aku hanya menerima tanpa adanya perlawanan akan tetapi dia dengan penuh napsu memainkan liur dan lidahnya bahkan dia sempat menggigit lidahku dan bibir bawahku.
"Bang wira udahhhhh" ucapku untuk menghentikannya dengan nada gemetar. Akan tetapi dia tetap saja melanjutkannya.

Tiba tiba dia membuka bajunya dan terlihat badan yang sangat atletis. Setelahnya dia berusaha membuka kancing kemeja aku
"Bang wira, jangann" utasku
Namun tak dihiraukanya

Aku juga sudah bertelanjang dada seperti bang wira
"Tubuh ade masih sama" utasnya, aku hanya memberi tatapan sayu kepadanya
"Jangan menatap abang seperti itu" utasnya
"Kenapppp..." Jawabku terpotong dan bang wira langsung menjamah dada dan leherku

"Bang ade mohon udah hentikan" utasku kembali

Akan tetapi bang wira semakin bernapsu dan aku sudah tidak bisa menahan semuanya. Aku mulai terbawa suasana dan permainan bang wira.
"Ahhhhhh....aghhhhh" suara desahan aku dengan lirih
"Desah yang keras aja de" utas bang wira

Akan tetapi aku sebisa mungkin menahan semuanya agar aku tidak mendesah dan membuat bang wira agar tidak semakin bergairah.

"Anjinghhh itu titik paling gk bisa aku menahannya" batinku. Dia mulai menggigit kecil kecil bagian putingku dan membuat aku menggelinjang kegelian.

"Bang wira mau apa?" Tanyaku dan membuatnya berhenti menjamah dan membisikan di telinga aku
"Abang mau kamu" utasnya

"Ade mohon jangan disini, ini tempatnya di hutan. Gak etis berbuat demikian" utasku dengan nada datar.
Aku langsung mengancingkan bajuku dan begitu juga bang wira. Kami berdua merasa canggung kembali dan pada akhirnya aku bersuara

"Hujan udah reda mari kita pulang " utasku datar
"De...." Ucapnya dengan nada menyesal

Akupun keluar dari gunung mendahului bang wira
"Bruukkk" pelukan bang wira dari belakang
"Maafin abang de, maaf tadii..." Utasnya menyesal
"Yang sudah sudah, gak perlu dibahas lagi. Mari pulang sudah malam" utasku yang masih datar

Kamipun melanjutkan perjalanan untuk pulang, medan yang dilewati sangat susah dan karena tanah mejadi sangat becek. Setelah 45 menit perjalanan akhirnya kami sudah sampai di basecamp TNI.
"De mampir disini dulu ya, abang ada urusan bentar" utasnya
"Lanjutkan saja urusannya, kalau begitu saya pamit pulang dahulu" utasku masih dengan nada datar

Sefruit CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang