18 Meluluhkan Hati

2.4K 117 12
                                    

Akhirnya hari Sabtu besok aku menemani Om bima. Dia sampai di Bandung tgl 31 Maret selanjutnya dia Mengirim aku pesan besok pergi untuk menemaninya, untung hari Sabtu dan aku libur sekolah.

Hari Sabtu om bima kerumah aunty, pada saat itu aku sudah berdandan dengan rapi,
"Wah rapi sekali de ael, tapi kamu ganti baju dulu ya biar samaan kaya om" bujuknya
"Tapi om,..." Jawabku terpotong olehnya
"Ayo gih kamu ganti baju sekarang ntar terlambat" jawabnya
"Baik om tunggu sebentar" jawabku

Ditengah perjalanan untuk mencairkan suasana, akhirnya aku membuka mulut untuk mengajak om Bima berbicara
"Kita mau kemana om?" Tanyaku
Dia menjawab "Oh iya om blm kasih tau ya? Yaudah nanti juga kamu tahu sendiri"

"Oh ya om kenapa Tante tidak ikut?" Tanyaku kembali
"Tante nggk bisa soalnya lagi sakit, makanya om ngajak kamu buat nemenin om" utasnya
"Sakit apa om? Tapi udah baikan kan?" Tanyaku
"Iya tinggal pemulihan saja" jawabnya
"Oh syukurlah" utasku

Selama di Bandung aku belum ketempat yang aku kunjungi saat ini, tapi didepan sana terlihat pakaian loreng-loreng yang sudah berbaris rapi akan mengikuti upacara.

Setelah selesai upacara om Bima langsung ngajak aku untuk mencari seseorang. Aku mengikuti di belakangnya. Om Bima sempet bingung nyariin orang yang ia cari, karena semuanya hampir sama.

Ketemulah orang yang dicari terletak di barisan pojok kanan banjar terakhir. Ya dia Bang Wira, aku lemes pada saat tahu itu dan kami langsung bersalaman
"Brukk" bang Wira memeluk aku kenceng, aku cuma terdiam dan kaget. Cukup lama bang Wira memeluk aku
"Khemm khmeem" om Bima berdehem kami berdua langsung merasa canggung

"Ayah ini baret sama brivet nya sudah boleh dipasang oleh keluarga" utas bang Wira
"Ok ayah pasang baret nya aja ya biar ael yang masang brivet nya ya" utas om Bima dan membuat ku kaget
"Kok aku om" jawabku

"Udah kamu tinggal pasang aja brivetnya tuh di baju Wira"
Akupun mengambil brivet dan memasangkan di baju bang Wira
"Bang ini dipasang sebelah mana?" Tanyaku
"Atas saku sebelah kiri de" jawabnya

"Aku langsung memasangkan brivet di baju bang Wira" entahlah aku juga merasakan hal aneh ketika memasangkan brivet itu dan aku juga melihat bang Wira senyum senyum sendiri dengan sendirinya. Entahlah kami berdua menjadi canggung

Setelah pemasangan brivet teman-teman bang Wira tanya-tanya siapakah aku,
"Wir siapa dia?" Tanyanya
Aku langsung berinisiatif menjawab
"Saya adiknya bang Wira" jawabku

"Eh wir bukanya kamu anak tunggal" tanyanya
"Mampus deh aku" batinku
"Maksudnya saya adik sepupunya" jawabku yang merasa malu sendiri
"Ok okok" jawab teman bang wira

"Oh ya de boleh minta fotoin kami" tanya temannya bang Wira
"Boleh bang sini hp nya" jawabku
"1 2 3, cheers" ucapku entahlah dia selalu memandangku yang membuatku hanya menunduk aja.

"Sini aku fotoin om sama bang Wira" inisiatif aku
"Oo boleh boleh ayo wir" ajak om Bima
"1 2 3 cheers" ucapku
"De kamu nggk mau foto sama aku?" Tanyanya
"Boleh bang" jawabku canggung

Begitu aku sampai disampingnya dia langsung ngerangkul aku, dan cubit pipi aku. Aku ngerasa ada rasa seperti kejadian di loker. Aku langsung memalingkan wajah ke arah lain.

"kamu jahat de" utasnya
"Aku jahat kenapa?" Tanyaku bingung
"Ade masih sama dia? Kenapa pesan abang nggak dibales?" Tanyanya
Aku aku hanya menghela nafas trus ngomong

"dia udah meninggal" sambil menunduk
"maaf hp Ade ilang tgl 25 dan 26 baru beli lagi" lanjutku

"Maaf de Abang nggk tahu" sesalnya
"Wah berati ini kesempatan abang buat ngisi hati kamu de, pokoknya abang nggak bakalan sia-siakan kesempatan ini, setelah menunggu hampir 3 tahun akhirnya aku akan bisa dapetin kamu de" lanjutnya

Sefruit CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang