06

662 109 6
                                    

Wren menemui Mark di jam makan siang. Terlihat air mata memenuhi wajah gadis itu, hingga riasannya berantakan. Saat Wren berlari menghampiri Mark, hendak memeluk pria itu, Mark secara otomatis mundur.

"Kenapa datang padaku setelah kau tertimpa masalah?" Nada suara Mark tanpa sadar meninggi, padahal ia sudah berusaha menahannya.

"Mark... bukan begitu, aku memang berniat kembali padamu, setelah aku berhasil mencapai apa yang aku inginkan,"

"Apa yang kau inginkan? Bayi itu? Aku sudah memberi apapun yang kau mau selama ini! Kau memang hanya bosan saja padaku!"

"Mark, aku minta maaf..."

"Aku akan segera menikah. Sekarang aku melepasmu, kau bisa mencari pria lain sesuka hati. Aku tidak akan mengganggu dan menahanmu lagi,"

Wren menutup wajahnya. Tangisannya semakin besar, membuat Mark mematung di tempatnya. Sejujurnya ia tidak tega, tapi belajar dari Carmel, ia harus tegas demi dirinya sendiri. Toh, ia tidak melukai siapapun. Wren yang melukainya, dan ia harus sadar itu. Tidak peduli dengan banyak pasang mata melihat ke arah mereka.

Mark pergi meninggalkan restoran Italia itu. Masuk ke dalam mobilnya, kemudian hanya diam, untuk mendinginkan kepalanya.

Ia melihat Wren yang masih menangis di dalam restoran, melalui jendela kaca besar.

Mark akhirnya keluar dari dalam mobil, memasuki restoran kembali, dan menarik Wren keluar dari sana.

•••

Mark mengantar Wren pulang, padahal gadis itu sudah berharap, Mark akhirnya luluh lagi padanya.

"Wren, aku akan segera menikah." Mark menegaskan apa yang sudah ia katakan sebelumnya di restoran.

"Ternyata kau juga punya gadis lain sama ini," gumam Wren.

"Iya, benar. Kita sama saja, jadi jangan menyalahkan dirimu sendiri," timpal Mark.

"Aku kira kau benar-benar setia dan mencintaiku."

"Yah, aku kira kau juga begitu. Tapi kenyataannya? Memang jarang ada hal yang sesuai dengan ekspektasi,"

Wren seketika menatap Mark geram. Sejak kapan Mark jadi pandai menjawab?

"Gadis itu bagaimana?" Tanya Wren.

"Siapa?"

"Gadis beruntung yang akan menjadi istrimu."

Mark tersenyum simpul. "Dia wanita jahat, hahaha,"

Wren ikut tertawa, meskipun samar.

"Yang serius..."

"Dia seperti karamel."

Wren kali ini terdiam. Mark hanya memberi perumpamaan pada orang yang benar-benar ia sukai.

"Apa dia bisa mencintaimu, seperti aku mencintaimu?" Tanya Wren.

"Lebih darimu." Jawab Mark, dengan ekspresi datar.

Wren gelagapan, ia akhirnya memutuskan untuk lekas pamit dan turun dari mobil Mark.

•••

"Aaa..." Jeno membuka mulutnya, untuk menerima sodoran daging kerang yang Carmel ambil dari cangkangnya.

Ia mengunyah sambil tersenyum lebar. Sepertinya, sejam tidak tersenyum saja, akan membuat Jeno meriang.

Caramel | Mark Lee ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang