14

689 88 4
                                    

Jeno memesan baju untuk ganti. Ia sama sekali tidak berniat menginap, jadi tidak bawa baju ganti.

Wajahnya kusut, dan perutnya mual karena terlalu banyak minum semalam.

Selesai mandi, Jeno langsung keluar dari kamar hotel, dan bergegas menemui Mark dan Carmel untuk sarapan bersama.

Melihat keduanya menggunakan baju dengan kerah tinggi di cuaca yang lumayan panas, ia bisa menebak apa yang terjadi semalam pada mereka. Meskipun tidak saling mencintai, hal itu bisa saja terjadi, karena beberapa alasan. Penasaran, terbawa suasana, hanya bersenang-senang, atau sadar kewajiban. Apa lagi Carmel pernah punya perasaan pada Mark, dan mungkin Mark juga.

Jeno tahu ia tidak punya hak untuk merasa kecewa, apa lagi marah. Justru lucu kalau ia seperti itu. Tapi tidak bisa dipungkiri, itu membuatnya merasa tidak nyaman ( karena sedih dan patah hati), dan otomatis banyak diam.

"Kau mau?" Tanya Carmel, menawari mentega pada Jeno.

Jeno hanya tersenyum simpul sebagai jawaban, dan menerima mentega tersebut, untuk dioles ke rotinya.

"Carmel cuti untuk tiga hari ke depan, kau sudah tahu kan?" Ujar Mark, yang hanya Jeno tanggapi dengan anggukkan.

"Mohon bantuannya, No, kau yang paling aku andalkan kalau sedang tidak masuk." Tutur Carmel.

"Jangan khawatir," gumam Jeno, tanpa melihat ke arah gadis itu.

Carmel menghela napas, dengan sikap dingin Jeno. Apa Jeno tahu? Ia mungkin mengira-ngira dari pakaian yang ia dan Mark gunakan. Kenapa ia jadi merasa tidak enak?

Jeno langsung pamit begitu sarapan selesai. Mark dan Carmel pun bergegas meninggalkan hotel juga, tak lama dari Jeno pergi.

"Tidur saja, dari pada memikirkan yang aneh-aneh. Kau lelah kan?" Ujar Mark yang sedang menyetir.

"Aku tidak memikirkan yang aneh-aneh!" Seru Carmel.

"Kau memikirkan Jeno," ucap Mark, yang membuat Carmel bungkam.

"Kau merasa bersalah, pada orang lain, karena melakukan hubungan dengan suamimu sendiri. It's so funny!"

"Hahh... kau tidak mengerti..."

Mark mendengus. "Tidak mengerti apa?"

"Kalau Wren tahu semalam kita sudah berhubungan, bagaimana perasaanmu?"

"Biasa saja, aku tidak melakukan dosa. Lagipula untuk apa juga orang tahu? Kalau Jeno tahu, dan merasa sakit hati, apa itu jadi tanggung jawabmu? Perasaannya, adalah tanggung jawabnya sendiri. Kita melakukan apa yang seharusnya dilakukan."

Carmel seketika bungkam.

"Setelah dari apartemenmu mengambil barang, kita langsung ke rumahku ya?" Kata Mark, yang Carmel jawab dengan anggukkan.

•••

Carmel mencoba membuka beberapa kamar yang ada di rumah Mark, tapi semuanya terkunci.

"Kenapa semua kamar dikunci? Hanya satu yang tidak," tanya Carmel, sembari menghampiri Mark yang sedang berbaring di sofa.

"Karena itu kamar yang akan kita tempati. Aku khawatir, kau tidak ingin tidur satu kamar denganku, karena banyak kamar." Jawab Mark.

"Kau berprasangka buruk," gumam Carmel, lalu duduk di samping kaki Mark.

Mark bangkit duduk, duduk bersila, menatap Carmel yang hanya diam, sembari menatap lurus ke depan.

Caramel | Mark Lee ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang