Mark membantu Carmel membuka resleting gaunnya. Bukan, bukan, mereka tidak sedang mau melaksanakan malam pertama. Tapi resleting gaun Carmel menyangkut, dan sulit dibuka. Hanya Mark yang bisa dimintai tolong, karena ia satu-satunya yang ada di kamar.
"Sudah aku bilang beli gaun baru saja," keluh Mark.
"Tapi gaun ini juga baru sekali pakai, masih sangat bagus! Apa lagi ini jahitanku sendiri!"
"Aku rasa resletingnya rusak." Ujar Mark.
"Aaa~ jangann... ini gaun kesayanganku." Keluh Carmel.
"Kau bisa mengganti resletingnya kan? Aku mau merobek sekalian resletingnya,"
"Iya, baiklah."
Mark menarik kedua sisi resleting, hingga terdengar suara robekan, dan kepala resletingnya lepas.
"Hah! Terbuka akhirnya! Astaga, aku sesak napas pakai gaun ini," gumam Carmel, sembari memegangi bagian dada gaun, agar tidak melorot.
"Kenapa kau membuat gaun seketat ini?" Tanya Mark.
"Sebelumnya tidak seketat ini. Mungkin berat badanku naik,"
"Tapi kau terlihat kurus, mungkin hanya bagian depan yang-, ah tidak jadi."
Carmel berdecak, kemudian menatap Mark tajam.
"Kau mau bilang apa, hah?"
"Tidak..."
Mark duduk di pinggir ranjang. Ia membuka sepatu serta kaos kakinya, sementara Carmel pergi ke kamar mandi untuk ganti baju.
"Padahal buka saja di sini!" Teriak Mark.
"Malam pertama akan jadi malam pembunuhan!" Sahut Carmel dari dalam kamar mandi.
Mark hampir saja berbaring di kasur, setelah melepas segala atribut yang tidak nyaman di tubuhnya. Jas, dasi, dan celana formal. Menyisakan kemeja putih dan celana pendek setengah paha.
Carmel keburu keluar dari kamar mandi, dan meneriakinya jangan tiduran di kasur.
"Kau harus membersihkan diri dulu, baru tidur di kasur!"
"Ahh, aku lelah!" Keluh Mark.
"Nanti kasurnya kotor... lagipula tidak nyaman tidur dengan kemeja kan?"
Mark menghela napas, ia akhirnya bangkit berdiri, dan pergi ke kamar mandi. Setelah Mark masuk ke dalam kamar mandi, Carmel buru-buru melepas bathrobe yang dipakainya, dan mengenakan baju piyama yang ia bawa dari kopernya.
Saat ini Mark dan Carmel sedang berada di hotel untuk mengurus acara makan-makan, yang akan diadakan besok malam, di hotel tempat mereka menginap sekarang.
Seusai mengenakan baju, Carmel merebahkan tubuhnya di kasur. Lelah sekali, padahal hanya mengucap janji suci, bertukar cincin, foto-foto dan bersalaman dengan kerabat serta teman dekat yang hadir.
Carmel mengingat-ingat ekspresi Jeno. Iya, pria itu datang. Lagi-lagi pria itu hanya tersenyum padanya, tidak bicara sama sekali, bahkan tidak mengucapkan selamat.
"Ayo pesan makan." Suara Mark, membuyarkan lamunan Carmel. Ia menoleh, dan melihat Mark hanya menggunakan handuk di pinggang.
"Eww..." gumam Carmel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Caramel | Mark Lee ✔️
FanfictionBagi Carmel, Mark sudah cerita lama. Sudah basi, sudah busuk. Carmel memutuskan melupakan Mark. Namun sesuatu terjadi hingga mereka harus menikah, tidak peduli kalau keduanya sama-sama sudah memiliki kekasih. Segala penolakan yang Carmel buat, untuk...