07

600 114 7
                                    

Jeno menghadang Mark, yang datang ke kantor dan hendak menemui Carmel.

"Minggir, apa urusanmu?" Mark mendorong Jeno ke samping, yang berdiri di depan pintu.

Jeno menarik tangan Mark, untuk menjauh dari pintu.

"Tidak perlu semarah ini karena perjodohan kalian batal kan?"

"Yang membatalkan hanya baru dia dan ibuku,"

"Ibumu peran penting dalam restu. Kalau dia tidak merestui, kau pikir rumah tanggamu dan Carmel akan baik-baik saja?"

Mark rasanya ingin meninju Jeno saat ini juga. Seandainya mereka sedang tidak berada di kantor.

"Kau tidak usah ikut campur!" Seru Mark, sembari mendorong Jeno ke pintu, dan menatapnya tajam.

Jeno tersenyum, dengan kedua tangan dimasukkan ke saku celana.

"Carmel itu pacarku, kau tahu?"

"Dia tidak suka dengan tittle itu,"

"Lalu kau pikir dia lebih suka dengan tittle menikah?"

Kali ini Mark sudah tidak tahan lagi untuk melayangkan pukulan di wajah Jeno. Jeno sempat oleng ke samping, tapi ia segera menahan tubuhnya agar tidak jatuh ke lantai.

Mark mendorong bahu Jeno menjauhi pintu, kemudian ia masuk ke dalam ruangan Carmel. Menutup pintunya dengan cara dibanting, juga langsung menguncinya.

Carmel yang melihat kehadiran Mark, hanya diam sembari menatapnya.

"Aku sudah putus dengan Wren!" Teriak Mark.

"Kau menyesal?" Tanya Carmel.

Mark menggebrak meja Carmel, menatap tajam gadis itu, yang sedang menyelamatkan laptop dan berkas-berkas dari atas meja. Takut terkena amukan Mark.

"Kenapa marah padaku? Ibumu yang membatalkan,"

"Dan kau setuju,"

"Mark, memangnya aku suka dengan perjodohan ini dari awal? Lagipula kenapa kau sangat ingin menikah denganku? Kau tidak menyukaiku, sama sekali. Kau menyukai wanita lain,"

"Sudah aku bilang, aku sudah selesai dengannya!"

"Itu menentukan perasaanmu sudah berubah?"

"Jelas sudah berubah!"

"Tapi bukan berubah jadi menyukaiku, benarkan? Aku tahu sampai kapanpun aku tidak masuk dalam kriteriamu. Gadis anggun, religius, berambut panjang, lemah lembut. Itu bukan aku."

"Apa kriteria penting, kalau sudah menemukan orang yang tepat?"

Carmel tertawa kecil. "Jadi kau menganggap aku orang yang tepat untukmu? Bagaimana kalau aku tidak menganggapnya begitu?"

"Kalau begitu kenapa kau pernah menyukaiku?"

"Itu dulu."

"Kau pikir Jeno akan menjadi orang yang tepat untukmu? Dia bawahanmu!"

"Lalu kenapa? Aku tidak pernah menganggapnya sebagai bawahan, tapi partner!"

Mark menggertakkan giginya.

"Perjodohan kita tidak akan batal, ayahku tidak akan menyetujuinya! Ingat, perusahaanmu pernah dibantu dengan perusahaanku. Investasi, tidak akan cukup untuk menyelesaikan masalah perusahaanku sekarang. Dan ayah hanya percaya padamu dan keluargamu."

Carmel seketika seolah kehilangan kekuatannya, bahkan untuk hanya menopang tubuhnya.

"Kau pernah bertanya pada Jeno, apa dia setuju untuk tidak memiliki anak? Kau pasti tidak pernah bertanya sejauh itu padanya," kata Mark.

Caramel | Mark Lee ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang