"Sudah pasti orang beruang yang melakukannya," gumam Carmel, sembari menghempaskan tubuhnya di sofa.
Polisi menolak laporannya dengan Mark, dengan alasan Wren belum hilang satu kali dua puluh empat jam, dan Wren sudah dewasa, jadi kemungkinan ia memang sengaja pergi.
Carmel memaksa ingin mengecek CCTV, sampai menyiapkan uang, tapi pihak yang terkait tetap menolak.
"Mungkin saja dia memang pergi," ucap Mark.
"Pergi kemana? Di rumahnya tidak ada! Baju-baju, dan semua barangnya juga masih lengkap, ada di rumahnya. Dan dia baru saja melahirkan, Mark! Baru beberapa jam yang lalu. Aku yang habis kuret saja, belum bisa langsung jalan-jalan, apa lagi melahirkan!"
Mark menekuk lututnya, bersimpuh di depan Carmel, kemudian menyentuh bahunya, untuk menenangkannya.
"Tenanglah, kenapa jadi kau yang panik begini? Luna sudah mendapatkan pesan, kalau Wren aman," kata Mark.
"Aman? Tapi di mana? Dia bersama anaknya hilang, Mark! Hilang! Anaknya belum ada satu hari, dia harus selalu berada di tempat steril dan aman!"
"Iya-iya, aku mengerti, tapi kita sudah berusaha mencarinya. Sekarang kau harus istirahat, besok kita akan sangat sibuk."
Carmel menghela napas. "Ahh... pikiran dan perasaanku kacau."
Mark merentangkan kedua tangannya, dengan senyum mengembang di wajahnya.
"Kita mau beristirahat kan?" Tanya Carmel.
"Iya, memangnya mau apa lagi?"
Mata Carmel memicing, menatap Mark dengan tatapan curiga, yang membuat Mark tertawa.
"Aku serius! Sungguh!" Seru Mark untuk meyakinkan.
Carmel pun akhirnya melingkarkan kedua tangannya di leher Mark. Mark berdiri sembari menopang tubuh Carmel, dan gadis itu langsung melingkarkan kakinya pada pinggang Mark.
"Aku benar-benar benci gendong semacam ini," gumam Carmel.
"Tapi tanganku bisa patah kalau kau selalu minta gendong ala pengantin." Timpal Mark, sembari berjalan ke kamar.
Baru saja Mark membaringkan tubuh Carmel di kasur, ada pesan masuk ke ponsel Mark. Keduanya saling bertatapan sejenak, kemudian Mark duduk, lalu mengambil ponselnya yang berada di saku celana.
"Benar tebakanku," gumam Mark.
Carmel langsung bangkit duduk, kemudian mendekati Mark, dan melongokan kepalanya di bahu kanan pria itu, agar bisa melihat layar ponsel miliknya.
"Jaemin meminta bertemu dengan kita besok, pasti ada hubungannya dengan Wren." Ucap Mark, sembari memperlihatkan layar ponselnya pada Carmel.
"Ck, dia mau apa sih?" Decak Carmel.
"Dia mau memberi penawaran bagus katanya," jawab Mark.
Carmel kemudian melihat Mark yang tampak kesal.
"Aku kira kau tidak peduli dengan Wren, karena dia membohongimu, kalau dia akan menikah dengan Jaemin," ujar Carmel.
"Tidak, aku malah sama sekali tidak berpikir untuk kesal padanya. Hanya saja, entah kenapa aku yakin ada hubungannya dengan Jaemin. Gerak-geriknya selalu mencurigakan, terlihat seperti berandal. Aku baru tahu dia anak petinggi politik dan pemilik rumah sakit. Dengan kekuasaan sebesar itu, dia bisa menjadikan yang tidak mungkin, jadi mungkin." Papar Mark.
"Kau tidak khawatir Wren dilukai Jaemin?" Tanya Carmel.
"Dia benar-benar menyukai Wren," jawab Mark.
"Dari mana kau tahu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Caramel | Mark Lee ✔️
FanfictionBagi Carmel, Mark sudah cerita lama. Sudah basi, sudah busuk. Carmel memutuskan melupakan Mark. Namun sesuatu terjadi hingga mereka harus menikah, tidak peduli kalau keduanya sama-sama sudah memiliki kekasih. Segala penolakan yang Carmel buat, untuk...