Jaemin datang ke rumah, mengantarkan putrinya, serta baby sitter, dan seluruh peralatan bayi lengkap.
Mark mengarahkan Jaemin ke salah satu kamar, untuk meletakkan perlengkapan dan barang-barang Ariel di sana.
Carmel menatap Ariel yang berada dalam gendongan baby sitter. Meskipun masih merah, sudah terlihat cantiknya.
"Boleh aku menggendongnya? Aku sudah cuci tangan," ucap Carmel.
"Oh iya, silahkan Bu."
Carmel meraih bayi mungil itu dengan hati-hati. Mark yang baru dari kamar Ariel, memekik melihat Carmel menggendong bayi baru berusia satu hari itu.
"Kenapa?" Tanya Carmel, menyadari ekspresi terkejut serta takut Mark.
"Dia masih tampak lembek dan sangat rapuh," gumam Mark.
"Memang. Tapi tidak apa-apa, aku bisa. Yang penting pegang leher, kepala dan tubuhnya dengan benar."
Mark mendekati Carmel, ingin melihat Ariel dengan lebih jelas dan dekat.
"Sangat disayangkan, dia sembilan puluh persen mirip ayahnya," komentar Mark.
Carmel terkekeh. "Bagaimana kau bisa tahu? Bentuk bayi baru lahir sama saja,"
"Ih, terlihat tahu. Aku juga tidak tahu dari segimananya, tapi di mataku, dia mirip ayahnya. Dan itu sangat disayangkan,"
"Karena Wren cantik?"
Mark gelagapan. "Tidak! Karena ayahnya menyebalkan!"
"Hei!" Suara Jaemin di belakang Mark, membuat Mark terkejut. Ia berdecak kesal, sembari memutar tubuhnya ke belakang.
"Apa aku perlu membuat daftar cara merawat bayi?" Tanya Jaemin.
"Tidak perlu, istriku bisa, dia merawat adik-adiknya dulu," jawab Mark, dengan senyum bangga.
"Oke. Wren tetap ingin memberi Ariel asi. Jadi beberapa hari sekali, aku akan datang untuk mengantarkan asi," kata Jaemin.
"Bagaimana caranya?" Tanya Mark.
"Ditampung di kantung khusus. Di setiap kantung akan ada catatan kapan waktu asinya diambil, dan sudah tidak layak digunakan lagi," jawab Jaemin.
Mark mengangguk-angguk, sambil membatin 'bisa begitu ya? Ajaib.'
Mark sangat antusias merawat Ariel, karena ini pengalaman pertama baginya merawat bayi. Dan sepertinya seru.
"Kenapa tidak suruh orang saja untuk mengantarkan asi?" Tanya Carmel.
"Selain karena ini rahasia, aku ingin bertemu Ariel,"
"Bagaimana dengan Wren? Dia pasti ingin bertemu dengan putrinya juga."
Jaemin diam sejenak, lalu menghela napas.
"Dalam... beberapa hari atau minggu ke depan, atau malah berbulan-bulan ke depan, dia mungkin tidak mau bertemu Ariel,"
Mark mengernyit. "Apa? Kenapa?"
Carmel terlihat tidak heran, meskipun tetap ingin memastikan apa yang terjadi pada Wren.
"Dia baby blues?" Tanya Carmel.
Jaemin mengangguk. "Cukup parah. Aku sebenarnya tidak ingin memberitahu pada kalian, tapi yaa... aku rasa kalian akhirnya perlu tahu. Dia kadang-kadang menangis ingin bertemu Ariel, tapi kadang-kadang membenci Ariel, sama seperti membenciku. Tenang saja, aku akan merawatnya dengan baik."
"Apa itu baby blues?" Mark melongo sendiri mendengar pembicaraan Carmel dan Jaemin.
"Perasaan sedih yang dialami ibu setelah melahirkan," jawab Carmel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Caramel | Mark Lee ✔️
FanfictionBagi Carmel, Mark sudah cerita lama. Sudah basi, sudah busuk. Carmel memutuskan melupakan Mark. Namun sesuatu terjadi hingga mereka harus menikah, tidak peduli kalau keduanya sama-sama sudah memiliki kekasih. Segala penolakan yang Carmel buat, untuk...