31

496 76 10
                                    

Carmel langsung menutup sambungan telfon, begitu mendengar suara Mark. Namun langsung ada panggilan masuk lagi.

"Astagaa... mengganggu ketenanganku saja!"

Sementara itu Mark masih berusaha menghubungi Carmel menggunakan ponsel adik iparnya, sampai ia takut ponselnya akan rusak.

Melihat Mark yang semakin gusar, dan mengetuk-ngetuk layar ponselnya dengan brutal, Leo terpaksa jadi merebut ponselku.

"Ponselku bisa rusak nanti." Protes Leo.

"Berikan nomernya padaku," kata Mark sembari mengeluarkan ponselnya.

"Tidak mau. Kakak tidak membolehkan nomor ini dibagikan ke siapapun,"

"Tapi aku kan juga keluarga."

Leo menatap Mark dengan sorot mata ragu, membuat Mark mengerang frustasi. Apa selama ini ia tidak dianggap keluarga oleh adik-adik Carmel?

"Aku tidak pernah dianggap keluarga?" Tanya Mark lirih.

Tatapan Leo kini berubah menjadi dingin.

"Kau mungkin sudah menyakiti kakakku, seperti ibumu menyakiti ibuku,"

Mark tercengang, ia memegang kedua bahu Leo, mencengkeramnya dengan sedikit kuat.

"Kau tahu apa?" Gumam Mark.

"Siapapun tidak rela ibunya dijelek-jelekkan, aku tahu. Aku pun juga sama tidak mau. Tapi begitulah kenyataannya, dan Kak Mark juga tahu. Sekarang aku ingin melindungi kakak perempuanku, setelah aku gagal melindungi ibuku." Tutur Leo.

"Tapi antara aku dan kakakmu, adalah urusan kami. Kau tidak boleh ikut campur,"

"Aku tidak akan ikut campur, tapi aku tidak akan membiarkanmu bertemu dengannya, sampai dia sendiri yang menemuimu."

Mark menjauh dari Leo, menatap Jeno dengan tatapan putus asa.

"Apa boleh buat? Yang penting kita sudah tahu, Carmel baik-baik saja."

"Tapi..."

"Aku rasa kalian berdua sama-sama butuh waktu sendiri."

Mark menghela napas, dan akhirnya tidak lagi merengek untuk mencari Carmel.

•••

"Itu terlalu kejam." Gumam Jaemin.

"Hanya sementara, sampai Mark tidak berpikir gila lagi, untuk menikah denganku," ujar Wren.

"Bukankah bagus, kalau kau bersama dia? Kenapa kau malah tidak mau?"

"Aku baru menyadari, dia bukanlah yang terbaik untukku, maupun anakku,"

"Anak kita,"

"Anakku." Wren menegaskan, yang membuat Jaemin bungkam.

"Kalau aku bersamanya, aku yakin, suatu hari, ada titik dimana dia ingin kembali pada Carmel. Dia terus berlarian mencari tempat yang aman, kalau tempatnya yang sekarang bermasalah."

Jaemin menumpukan kedua siku ke meja, dengan kesepuluh jarinya saling bertaut.

"Ada masalah apa antara Mark dan istrinya?" Tanya Jaemin.

"Mana aku tahu, aku tidak mengorek-ngorek urusan mereka." Jawab Wren.

"Tapi aku yakin Mark cerita padamu,"

Caramel | Mark Lee ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang