41

627 72 3
                                    

Carmel memasak makan malam, sementara Mark main dengan Ariel di ruang tamu. Baby sitter Ariel dipulangkan lebih awal tiga puluh menit, dari jam kerjanya, karena Carmel dan Mark sudah ada di rumah.

Mark berbaring dengan Ariel di atas karpet berbulu, dengan Mark membuka-buka buku cerita berwarna, dengan hanya ada beberapa kata narasi dan percakapan.

Carmel yang membelikan buku-buku cerita itu. Katanya meskipun masih bayi, sudah harus dibiasakan melihat buku. Mark tidak heran lagi, perempuan itu memang hobi membaca dari dulu, tapi kalau ditanya penulis atau buku favoritnya, jawabannya tidak ada.

Ariel mengoceh dan menggerak-gerakkan tangannya, setiap Mark baru selesai membacakan satu paragraf. Membuat Mark gemas, dan atensinya terbagi-bagi, antara buku dan bayi mungil itu.

Selesai membacakan satu buku, Carmel memanggilnya untuk makan malam. Mark lekas bangkit, kemudian bergegas ke dapur sembari menggendong Ariel.

"Woahh, lihat Mama Mel masak apa," gumam Mark, sembari duduk di salah satu kursi meja makan.

Carmel memasak ayam karamel. Aromanya menguar kemana-mana.

Ariel memukul-mukul meja, lalu tangannya hendak meraih piring Mark yang masih kosong. Carmel langsung mengambilnya, sebelum tangan Ariel berhasil mendapatkannya.

"Mau aku suapi saja?" Tanya Carmel, yang Mark balas dengan anggukkan semangat.

"Ariell... kenapa kau sudah pintar?" Mark menggeram gemas, sembari mencubit pelan pipi Ariel.

Carmel terkekeh melihatnya, lalu ia menyodorkan sesendok nasi beserta lauknya ke mulut Mark. Mark langsung memasukkannya ke dalam mulut, sebelum tangan Ariel mencapai sendok.

"Tidak boleh ya Ariel Sayangg... kau juga belum boleh makan nasi, kata Mama Mel tunggu enam bulan, baru boleh makan. Sekarang hanya boleh minum shushuu,"

Kali ini Carmel tertawa lebih keras, karena gaya bicara dan ekspresi Mark di akhir.

"Aaa lagii..." pinta Mark sembari membuka mulutnya.

"Malam ini apa Ariel boleh tidur di kamar kita?" Tanya Mark.

"Iya, boleh." Jawab Carmel, yang membuat Mark memekik senang.

•••

Mark tidur sambil memeluk Ariel dari samping. Sementara Carmel tidak bisa memejamkan matanya sedari tadi.

Ia mengusap perutnya, membayangkan dirinya hamil, membayangkan ada jaringan yang bertumbuh menjadi manusia di dalam perutnya, sekelebat bayangan jalan lahir, darah, dan erangan kesakitan ibunya saat melahirkan berputar di benaknya. Bahkan aroma darah dan air ketuban, seolah tercium kembali.

Carmel bangkit duduk, dengan napas menderu, seperti habis lari. Ia buru-buru mengambil obat yang berada di laci meja, kemudian keluar menuju dapur untuk meminumnya.

Mark terbangun karena mendengar suara laci dan pintu yang dibuka tutup. Ia bangkit dari kasur, memutuskan untuk menyusul Carmel.

Setibanya di dapur, ia melihat Carmel terduduk di salah satu kursi meja makan, dengan botol obat dan gelas yang sudah kosong di hadapannya.

"Kau tidak apa-apa?" Tanya Mark, sembari mendekati Carmel, berdiri di sampingnya.

Mata Carmel berkedip, ia mendongak, menatap pria itu dengan raut wajah merasa bersalah.

"Maaf membangunkanmu," ucap Carmel.

"Tidak apa-apa. Tapi kau kenapa?"

"Hanya kambuh biasa, aku sudah minum obat, jadi aku sudah tenang sekarang."

Caramel | Mark Lee ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang