20

577 83 4
                                    

Mark menghampiri Carmel yang baru keluar dari ruangan psikiater.

"Bagaimana?" Tanya Mark.

Carmel diam sejenak, memperlihatkan amplop besar yang berada di tangannya, beserta secarik kertas di atasnya.

"Aku harus minum obat," jawab Carmel, membuat Mark membelalakkan matanya. Sebelumnya, Carmel tidak harus sampai minum obat.

"Tidak apa-apa, kondisiku tidak parah kok. Aku kemungkinan ada masalah hormon juga, karena kontrasepsi yang aku gunakan. Jadi... besok aku akan membuat janji dengan dokter spesialis kandungan dan endoktrin." Ujar Carmel, sembari tersenyum berusaha selebar mungkin untuk menenangkan Mark, yang terlihat sangat cemas.

"Ayo, kita lanjutkan obrolan kita di mobil," ucap Mark, yang Carmel balas dengan anggukkan.

"Tapi tebus obat dulu."

"Oh iya."

•••

"Aku besok akan ikut konsultasi ke dokter kandungan juga," kata Mark.

Carmel menatap bingung. "Hah? Kau berani vesektomi?"

Mark langsung menggeleng dengan keras. "Tidak-tidak. Kalau mengambil tindakan itu aku belum berani, tapi ada kan pil kontrasepsi untuk pria? Meskipun kemungkinan tidak seefektif vesektomi,"

"Tidak perlu, kan aku yang tidak ingin hamil. Jadi biar aku saja yang menggunakan kontrasepsi," timpal Carmel.

"Kalau itu mengganggu kesehatanmu, aku tidak bisa membiarkannya. Aku sempat mencari di internet, kalau pil kontrasepsi untuk pria, tidak akan menimbulkan efek samping, seperti pil kontrasepsi untuk wanita,"

Carmel tersenyum simpul. "Pikiranmu berubah dalam semalam?"

"Aku serius, Babe. Aku hanya ingin fokus pada masa depanku sekarang. Kau bisa percaya padaku?"

"Tujuh puluh lima persen." Ucap Carmel.

"Tidak bisa dinaikkan?" Mark membuat gestur menggunakan jari telunjuk dan ibu jarinya, seperti sedang mencubit, membuat Carmel terkekeh.

•••

Iliana mengambil beberapa foto dengan Jeno, untuk diposting di akun media sosialnya. Bukan tanpa alasan, Iliana dengan blak-blakan bilang pada Jeno, agar media sosialnya ramai, karena akhirnya ia berfoto dengan pria yang bukan model.

"Apa akun media sosialmu? Mau aku tag," ujar Iliana, setelah memilih beberapa foto untuk diposting.

"Aku tidak main media sosial." Ucap Jeno sembari menyedot kopinya, dan melihat sekitar.

Iliana membelalakkan mata mendengar jawabannya. "Tidak mungkin... kenapa kau tidak memanfaatkan wajah tampanmu?"

"Aku tidak suka menjadi pusat perhatian, dan mungkin pasanganku di masa depan juga tidak akan suka."

Bukan pasangan di masa depan yang Jeno maksud, melainkan Carmel. Carmel tidak suka pria yang aktif memunculkan dirinya di media sosial. Bukan berarti tindakan itu salah, hanya bukan kriteria Carmel. Apa lagi kalau jelas tampan, dan akan menjadi incaran banyak orang. Meskipun Carmel sering memposting fotonya bersama Jeno, tetap aman karena Jeno tidak punya akun media sosial pribadi.

Caramel | Mark Lee ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang