39

465 73 6
                                    

Baru saja kaki Mark melangkah keluar restoran, ia sudah berpapasan dengan Carmel di ambang pintu. Carmel tersenyum padanya, lalu matanya melirik pada Zinnia yang masih duduk di tempatnya.

Mark sontak panik. "Carmel? Sejak kapan? Jangan salah paham!"

Carmel terkekeh. "Tenanglah, aku tidak salah paham apa-apa. Kebetulan aku tadi ada di depan, survei manik-manik," Carmel menunjuk sebuah toko di seberang jalan, pas sekali berhadapan dengan restoran yang Mark dan Zinnia kunjungi.

Mark menghela napas, bisa-bisanya dengan bodohnya ia tidak menyadari ada mobil Carmel di sana.

"Mau makan siang sekalian di sini?" Tanya Carmel.

"Kau mendengar apa yang kami bicarakan?"

"Aku tidak dengar apapun, aku kan baru mau masuk,"

"Aku akan jelaskan."

Zinnia berdiri dari kursinya, melihat Mark mengobrol lama dengan wanita yang berpapasan dengannya. Ia lalu menghampiri, dan berdiri di samping Mark.

"Zinnia, ini istriku!" Mark tanpa sadar berkata dengan lantang.

"Oh? Ini istrimu? Halo, aku Zinnia. Aku anak teman rekan ayah Mark," Zinnia mengulurkan tangan kanannya, dan Carmel langsung menjabat tangannya.

"Carmel. Aku rasa lebih baik mengobrol di dalam, tidak enak di depan pintu."

Mark akhirnya masuk kembali ke dalam restoran, bersama Carmel dan Zinnia. Padahal Mark ingin pergi saja, agar bisa makan siang hanya berdua dengan Carmel. Kalau begini, mau tidak mau mereka akan makan bertiga.

"Ayahnya datang saat acara makan malam pernikahan kita," bisik Mark, saat Carmel baru saja hendak duduk di kursi. Carmel merespon dengan anggukkan.

"Aku sebelumnya minta maaf, aku tidak tahu kalau Mark sudah menikah. Aku dan Mark tidak ada apapun, justru kami berdua ada di sini, karena dia ingin mengkonfirmasi, kalau dia sudah menikah," tutur Zinnia, yang duduk berhadapan dengan Carmel.

"Aa... begitu, aku kira kalian rekan kerja yang sedang rapat biasa." Gumam Carmel.

"Haha, aku tidak bekerja." Tukas Zinnia.

"Sejak kapan kenal dengan suamiku?" Carmel sedikit menekan kata 'suamiku', tanpa ia sendiri sadari.

"Baru empat hari yang lalu, ayah kami makan siang bersama, dan aku diajak. Kami hanya berkenalan dan mengobrol biasa, tidak sampai ke hal pribadi, itu alasan aku tidak tahu kalau status Mark sudah menikah," papar Zinnia.

Menyadari Zinnia panik, dan Mark tegang, membuat Carmel tidak bisa menahan tawa.

"Santai saja, haha. Aku percaya pada kalian." Ucap Carmel.

Mark menghela napas, namun Zinnia masih merasa tidak enak. Melihat seperti apa Carmel, membuatnya langsung merasa rendah diri. Bawa mobil sendiri, berpakaian rapi, wangi, gerak-garik, dan gaya bicaranya tenang dan elegan.

"Oh, ada serangga," gumam Mark, dan secara otomatis berdiri, untuk mengusir serangga yang hampir hingga di atas kepala Zinnia.

Zinnia secara spontan melindungi kepalanya dengan kedua tangan, dan meringkukkan kepalanya, membuat Carmel dan Mark terkejut. Reaksinya seperti hendak dipukul.

Mark buru-buru menarik tangannya, sembari bergumam maaf.

Zinnia menutup wajahnya, ia jadi merasa semakin malu dan tidak enak.

"Maaf, aku bereaksi berlebihan. Aku sangat takut dengan serangga," katanya dengan mata melihat ke arah lain, bukan ke Carmel maupun Mark.

"Aku rasa aku harus pulang," Zinnia bangkit berdiri, kemudian membungkukkan tubuhnya pada Carmel dan Mark.

Caramel | Mark Lee ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang