[Mulai khawatir gak happy ending yaa, hehe. Emang gk pasti sih, endingnya bakal happy atau gak. Btw, aku sebenernya khawatir pada risih atau gimana gitu (ketrigger), sama cerita ini, terutama di bab2 yg baru, karena terang-terangan bahas soal kontrasepsi dan keguguran (terutama di bab ini, karena bakal dijelasin soal kontrasepsi dan penyebab hamil & keguguran), sedikit ada adegan 'ekhem' jg. Iya, itu sebabnya, di awal aku langsung kasih peringatan kalau cerita ini lebih ditujukan untuk usia 18 tahun ke atas.]
•••
Carmel sedang menunggu gilirannya untuk menjalani kuretase (prosedur kuret). Tentu setelah ia menjalani konsultasi dan pemeriksaan.
Kontrasepsi yang Carmel dan Mark gunakan selama ini adalah pil, yang masih memungkinkan untuk terjadinya kehamilan. Apa lagi kalau rutin berhubungan, dan keduanya sehat.
Penyebab Carmel keguguran, besar kemungkinan karena adanya kontak dengan sperma, yang bisa menyebabkan kontraksi, sementara kandungan masih sangat muda. Guncangan, stress, kelelahan, dan obat-obatan dari psikiater yang Carmel konsumsi, bisa menjadi salah satu penyebab juga.
Yang membuat Carmel tidak sadar kalau dirinya hamil, ia sama sekali tidak mengalami gejala apapun, seperti mual-mual atau lemas. Ia hanya kadang-kadang mengalami gejala anemia biasa.
Carmel menghela napas. Ia merasa bersalah, tapi tidak menyesal. Semua terjadi di luar kendalinya. Sedih tidak, bahagia juga tidak. Namun terkadang keluar gumaman minta maaf dari mulutnya, tanpa ia sadari.
•••
Mark bingung melihat ruangan kerja Carmel kosong. Padahal ia sudah membawa sekotak donat dan dua cup kopi, dengan whip cream dan saos karamel yang banyak, untuk menghibur Carmel yang sedang menstruasi hari pertama.
Jeno yang ruang kerjanya, tepat berada di depan ruangan kerja Carmel, juga tidak ada. Kemungkinan besar sedang mengurus iklan.
"Apa Carmel ikut?" Gumam Mark.
Mark duduk di sofa, kemudian mengambil ponselnya untuk menghubungi Carmel. Namun tidak ada yang mengangkat. Tentu saja, Carmel baru kehilangan kesadarannya setelah dibius.
Perasaan Mark seketika gelisah. Sebenarnya sejak pagi, ia sudah merasa ada yang aneh dan janggal pada Carmel. Tapi Carmel tipikal yang sulit dikorek-korek, kecuali ia sendiri yang mau bicara.
"Ahh, seharusnya aku memaksanya jujur, apa yang sebenarnya terjadi?" Gumam Mark.
Ia beralih menghubungi Jeno, namun sama juga tidak diangkat. Apa keduanya benar-benar sedang sibuk saat ini? Apa mereka bersama Iliana? Tapi Mark tidak tahu kontak model itu.
Mark memutuskan untuk istirahat terlebih dahulu, mungkin pikirannya kalut karena pekerjaannya menumpuk. Ia meringkuk di atas sofa, berusaha tertidur, dengan perasaan gelisah menggerogoti tidak hanya hatinya, namun sekujur tubuhnya.
•••
Carmel membuka matanya perlahan. Kesadarannya belum sepenuhnya pulih, pandangannya masih buram, namun ia dapat melihat secara samar, ada dua orang pria di sisi kanan kasur. Membuat kedua alisnya bertaut.
"Mark?" Gumam Carmel dengan nada lirih, saat pandangannya mulai jelas.
"Bagaimana bisa kau ada di sini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Caramel | Mark Lee ✔️
FanfictionBagi Carmel, Mark sudah cerita lama. Sudah basi, sudah busuk. Carmel memutuskan melupakan Mark. Namun sesuatu terjadi hingga mereka harus menikah, tidak peduli kalau keduanya sama-sama sudah memiliki kekasih. Segala penolakan yang Carmel buat, untuk...