Kamu enggak ingat ciri-ciri orang itu?
Dua minggu berlalu, Jalu masih mencoba melacak keberadaan Rajendra. Tak lupa, ia masih menjajal mengungkap dalang di balik penusukan Galuh. Gadis yang tengah bersantai itu membaca pesan Jalu dengan helaan napas lelah.
Galuh tahu, Jalu berjanji untuk mengusut kasusnya tuntas sampai ke akar. Namun, pertanyaan kesekian tentang pelaku penusukan tersebut terkesan mengandung rasa kurang percaya. Galuh juga sudah berulangkali menceritakan semua.
Nggak, Jalu! Dia pakai masker hitam. Aku panik jadi gak terlalu memperhatikan ciri spesifik.
Balasan pesan tersebut membuat Jalu mengangguk. Ia pada akhirnya sedikit mengendurkan kasus Galuh meski menjadi fokus utama, banyak kasus lain yang menanti untuk diusut.
Galuh melihat layar ponselnya lama. Tak ada tanda balasan dari Jalu. Maka, gadis itu langsung mematikan data.
Pemblokiran nomor Jalu sudah Galuh batalkan. Semenjak kejadian penusukan tersebut, Galuh agak terkesima. Ia merasa hutang budi karena Jalu mau menolongnya. Ya, meskipun makan malam bersama beberapa hari lalu telah usai, Galuh merasa suasana hatinya berbeda. Sedikit senang, mungkin.
Hari Minggu adalah hari untuk rebahan. Nirmaya dan Brahma tengah menghadiri acara seminar di kabupaten. Maka, Galuh tinggal sendiri di rumah ini.
Bosan dengan kegiatan menonton televisi, Galuh memutuskan untuk kembali ke kamar. Ia menatap lengannya yang lukanya telah mengering. Mata wanita itu berpindah pandang. Cincin dari Rajendra masih melingkar di jari manisnya. Namun, lelaki itu telah memutuskan semua saat melanggar janjinya.
Perlahan, Galuh melepas cincin tersebut dari jarinya. Dengan senyum getir, cincin tersebut ditaruh di meja. Sesegera mungkin, Galuh mencari pena dan buku hariannya. Selembar kertas telah ia sobek. Dengan penuh kesadaran, Galuh menulis surat ini untuk diserahkan Rajendra nanti.
Teruntuk Rajendra Dahana
Di tempatAssalamu'alaikum. Aku tak ingin berucap panjang kali lebar. Semua telah kuputuskan matang-matang. Bukan semata-mata statusmu yang buronan, aku telah memilih untuk tak melanjutkan pernikahan tertunda ini.
Mengaku atau tidak, aku telah menemukan kunci keretakan hubungan kita, Rajendra. Di sisi aku percaya sepenuhnya, kamu justru membuat permasalahan baru; membawa wanita lain di ranjangmu.
Janji setia, kau ingkari. Aku tak bisa lagi berdiri menetap dengan hati retak. Maka, di hari, bulan, dan tahun ini, aku siap melepaskanmu. Terima kasih atas segala kebersamaan. Kamu pernah baik meski akhirnya menciptakan luka yang pelik.
Tak perlu kutuliskan kenang yang berlalu. Tak ada setitik rasa sesal jika kau tanya. Aku menerima, karena hati manusia bisa berubah kapan saja. Dan aku tahu, di antara kita tak ada lagi kata cinta. Wassalamu'alaikum.
Terima kasih.
Galuh GrahandiniGaluh melipat kertas putih tersebut. Dimasukkan ke amplop beserta cincinnya. Galuh tersenyum menatap pantulan diri di cermin. Ia merasakan lega karena telah membuat keputusan penting di hari ini.
Akan tetapi, Galuh merasa sakit kembali menyerang batin. Ketegarannya selama ini rapuh. Ia kembali menangis selepas beberapa hari menahan segala kegalauan yang ada. Galuh berjanji, tangisan ini adalah tangis terakhir untuk Rajendra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Undo (Completed)
AcciónGaluh Grahandini (27 tahun) tak pernah mengira pernikahannya akan batal karena orang masa lalu sekaligus polisi tak tahu diri; Jalu Akasa. Pembatalan pernikahan dengan kenyataan calon suami Galuh, Rajendra Dahana, adalah terduga bandar narkoba, memb...