Tentang Dia

1K 184 14
                                    

Tanpa setia, hubungan akan menemukan binasa.

Rajendra merasakan kesal. Tiga minggu bertahan di rumah pinggir kali tanpa bisa keluar dan melakukan pergerakan, membuat perasaannya muak. Ia sudah cukup untuk berterima kasih pada Salma tempo hari untuk berhati-hati. Namun, kalau disuruh menetap di sini, Rajendra bisa gila. Apalagi, ada keinginan untuk menemui Galuh karena ia tak kuat menahan desiran rindu.

Rajendra menatap ponselnya yang telah rusak. Kartunya masih berfungsi, tetapi urung digunakan karena ketakutan dilacak polisi menyerang. Sesuai saran Salma, ia masih mempertimbangkan keputusan untuk pergi ke luar negeri.

I'm coming!” Sebuah suara lembut mengalun.

Rajendra tak berkata apa-apa. Ia melihat salma yang membawa banyak totebag dan menumpuknya di atas meja makan. Salma pun bergerak menuju kamar Rajendra tanpa permisi.

“Udah makan? Mau makan apa?” Salma bertanya.

Rajendra mendengkus. “Nggak.”

“Kamu kenapa?” Salma bertanya sembari menaikkan sebelah alis.

“Lagi buntu,” jawab lelaki itu.

“Mau pergi dari sini?” tanya Salma.

“Bukan gitu! Aku capek!” Rajendra berkata dengan wajah kusut.

Di mata Salma, Rajendra seperti tengah gelisah karena calon istrinya. Salma juga mengira kalau Rajendra tengah bingung menentukan keputusan untuk pergi atau tinggal di sini.

“Bos udah nyuruh aku pergi,” adu Rajendra.

Salma menganggu pelan. “Ya gapapa. Sementara waktu aja, buat ngilangin jejak.”

“Tapi di lain sisi, aku butuh waktu buat menjelaskan semua sama Galuh.” Rajendra berucap dengan nada pelan.

Galuh lagi? Salma geregetan. Akan tetapi, rasa itu ia tahan. Permainan cantiknya harus berhasil untuk menjerat sang mantan.

“Ya tunggu situasi dulu. Kata mata-mata, pencarian kamu, kemungkinan secara diam-diam. Jadi gak terlihat gitu. Katanya, Galuh juga tampak santai menikmati hidup.” Perkataan Salma memang mengandung bumbu penyedap.

Wanita itu pintar menambahkan sesuatu agar Rajendra, sang mangsa, semakin terperdaya. Tak salah, Rajendra benar-benar terperangah atas ucapan barusan.

“Ya katanya sih, Galuh udah mulai kerja lagi. Kemarin juga ketemu sama si polisi itu.” Salma menyodorkan ponsel dengan riwayat chat oleh agen mata-matanya.

Rajendra menatap layar itu lama. Ia membuang pandangan. Separuh kepercayaannya mulai kusut. Ia semakin takut jika Galuh benar-benar berpaling karena ia pergi dalam waktu lama.

“Makasih informasinya.” Rajendra berkata sembari membuang wajah kesekian kali.

“Iya. Kalau kamu pengin have fun, aku bisa bantu.” Salma mengusulkan rencana keduanya.

“Gimana?” tanya Rajendra mulai tertarik.

Senyum Salma terukir. Wanita bergaun ketat itu pun bangkit dan keluar kamar menuju gudang kecil samping dapur. Ia membawa empat botol anggur merah di tangannya kala kembali.

See? Kamu udah lama gak minum ini?” Salma bertanya sembari kembali duduk di kasur.

Minuman favorit mereka berdua saat masih pacaran. Anggur merah dengan sensasi panas membakar tenggorokan tersebut membuat sepasang kekasih dulu kelabakan. Minuman haram tersebut memang sangat cocok untuk menghilangkan penat dan masalah hidup yang membelenggu pikiran. Itu prinsip hidup mereka.

Undo (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang