Masih Agak Sama

1.1K 187 13
                                    

Percaya itu mudah, memupuknya selepas patah, itu yang susah.
Galuh Grahandini

"Lo udah baikan?" Yuli bertanya pada Galuh yang kembali bekerja.

Kejadian kriminalitas di hari senin itu menimbulkan takut. Galuh sepakat izin tiga hari guna menenangkan diri. Dengan penjelasan Jalu pula, Galuh bisa selamat dari rentetan pertanyaan dan permintaan Brahma.

Kalau biasanya, Galuh sakit karena kecapekan bekerja, Brahma akan menyuruh putrinya untuk resign. Sudah waktunya Brahma mendapat pengganti untuk menduduki posisi direktur utama di perusahaan bidang pangan yang didirikan keluarga besarnya. Namun, Galuh terus saja menolak.

Perusahaan turun temurun tersebut adalah perusahaan yang menaungi berbagai macam olahan makanan khas Bojonegoro. Olahan paling terkenal dan bisa ditemukan di sudut kota mana saja adalah ledre. Selain itu, PT Sinar Sarojo telah mengepakkan sayap di bidang properti.

Jika wilayah Padangan adalah penghasil makanan, maka Paman Galuh, berhasil mendayagunakan daerah Margomulyo sebagai daerah penghasil kerajinan. Pusat kerajinan tunggak (akar jati) yang telah didirikan lima tahun lalu mengembang pesat. Maka Bojonegoro semakin makmur karena pengelolaan sumber daya tersebut. Kondisi demikian memang didukung oleh pemerintah daerah setempat.

Kembali ke alasan Jalu pada Brahma. Lelaki itu menjelaskan semuanya secara garis besar. Brahma hanya tahu Galuh korban pencopetan bukan korban gagal nikah karena calon suaminya digondol orang.

"Gue gapapa." Galuh menjawab tanya Yuli dengan tenang.

Sehari untuk menangisi Rajendra tidak cukup. Namun, pantulan menyedihkan lewat cermin kamar membuat Galuh berhenti meratapi. Maka, Galuh memilih menahan lara dan belajar mengolah rasa. Bahkan, untuk sementara foto beramplop cokelat kemarin disimpan Jalu untuk diselidiki dan dijadikan barang bukti.

"Elu, sih, kudunya punya ayang. Udah tahu daerah sini rawan kejahatan malah pulang sendirian." Yuli berkomentar.

Galuh membuka palette eye shadow dan mulai mewarnai kelopak matanya dengan warna pink. Sengaja, ia berangkat agak pagi guna bersiap di kantor. Make up di kantor lebih efektif daripada di rumah, murni itu pendapat Galuh sendiri.

"Apa hubungannya sama ayang? Ada saran lain biar menghindari copet?" tanya Galuh santai.

"Ya udah. Resign! Terus duduk di posisi direktur utama. Enak!" Yuli berceloteh dengan kalimat pamungkas.

"Matamu!" Galuh memaki.

Dua wanita bersahabat itu tertawa. Galuh memang belum siap naik jabatan menggantikan sang ayah. Ia masih menikmati bidangnya di bidang pelayanan masyarakat.

Meski Galuh terlahir kaya dari lahir, Nirmaya dan Brahma berhasil mendidik putri semata wayangnya untuk mandiri. Galuh bahkan berjualan online saat SMA guna menambahi uang jajan dan tabungan. Ia juga berjualan makanan ringan home made saat kuliah untuk tambahan uang semesteran. Padahal, Nirmaya dan Brahma tak keberatan jika Galuh meminta uang. Namun, gadis itu justru merasa menjadi beban jika terus menengadahkan tangan.

Selama Galuh bisa bekerja dan mencari, kenapa harus meminta? Prinsip itu tertanam kuat. Walhasil, Galuh menjadi gadis independent. Pesona tersebut yang membuat Rajendra terpana sampai tergila-gila. Tak lupa, lelaki tersebut ikut merasa gengsi karena pemikirannya sendiri.

"Udah mendingan lukanya?" Yuli bertanya lagi.

Galuh mengangguk sekenanya. Ia telah usai dengan peralatan make up. Selepas melihat jam, Galuh memantapkan hati untuk memulai sesi curhat dengan rekannya.

Undo (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang