Seikat Rasa

1.2K 204 26
                                    

“Apa? Lo nikah?!” Suara cempreng Yuli menggema.

Wanita itu memekik sangking kagetnya. Padahal niat awal, Yuli ingin bertanya pasal keadaan ayah sang sahabat. Lantas, kenapa justru ia seperti terkena prank  tentang status Galuh yang tetiba menikah?

“Diem!” Galuh melotot atas respons barusan.

Hari Senin ini ia masuk sekaligus akan mengajukan surat resign. Dengan berhati-hati Galuh memberi tahu Yuli tentang status pernikahannya yang masih diam-diam. Namun, sialnya, Yuli justru memekik membuat karyawan lain mendengar dan datang ke meja mereka.

“Lu nikah, Luh? Sama siapa?” tanya teman kerja Galuh bernama Ferdi.

Lelaki ini sering memberi perhatian kecil pada Galuh. Sudah jelas Galuh tak nyaman, tetapi Ferdi bebal. Akhirnya, Galuh berusaha cuek dan menahan rasa kesal.

“Lu nikah sama yang kaya gosip kemarin bukan, sih?” Nanda, ratu gosip sekantor ikut menerka.

“Luh, lo nikah sama sapa?” Ini lagi, Galuh menutup telinganya dengan rapat. Spontanitas, ia memekik hingga tanya tak henti tersebut berganti sunyi.

“Gue nikah ama laki-laki. Ya, jelas. Tapi nanti gue kabari kalian, kalau resepsinya jadi.” Galuh berujar santai.

“Kemarin gagal karena kamu enggak ngundang kita, sih.” Sebuah suara mencibir.

Galuh diam saja. Telinganya terlalu berharga untuk menangkap cibiran tadi. Tiba-tiba kantor sunyi karena datangnya SPV pusat. Galuh berdeham mengatur duduk, sedangkan karyawan lain lari tunggang langgang menuju meja kerjanya.

“Kerja yang disiplin.” Suara tegas itu mengalun dan semuanya kembali hening.

Galuh mengembuskan napas lega. Yuli di sampingnya masih mengerjap tak percaya kalau Galuh ternyata sudah menikah dengan Jalu Akasa. Astaga!

Makan siang datang, Galuh mentraktir semua teman satu kantor sebagai tanda perpisahan. Warung seberang jalan menjadi pilihan. Yuli buru-buru makan dan selepasnya, ia meminta klarifikasi Galuh atas segala kejadian.

“Kenapa bisa lo tiba-tiba nikah?” Yuli berbisik.

“Udah takdir.”

“Kalau takdir kayak gitu siapa yang bisa nolak? Mana suaminya sekarang lebih ganteng daripada calon suami? Lebih baik pula.” Yuli mencibir Galuh hanya menjulurkan lidah.

“Lu berarti ... udah sekamar?” tanya Yuli ragu.

Jikalau Galuh tak menjawab, Yuli tak keberatan. Yuli hanya memastikan kalau Galuh memang benar-benar menikah.

Galuh yang tengah memakan gorengan tersedak. Ia menatap Yuli dengan tatapan horor.

“Sah secara agama. Bukan sah secara hukum. Ini masih mikir gimana surat-suratnya, Yul!” Galuh berkata ragu.

“Paling nanti Jalu pindah dari mess ke rumah gue. Soalnya ada anggota polri baru.” Galuh berkata pelan.

Jalu telah membaik dari sakitnya. Tak lupa, lelaki itu berkunjung ke rumah sang mertua. Di sana diadakan tanya jawab tentang rencana pranikah seperti resepsi dan sebagainya.

Jalu terpaksa menuruti agar menetap rumah sang mertua. Kedatangan anggota polri baru dan perintah sang atasan selepas mendengar kabar pernikahannyalah, yang membuat Jalu menyerah dan memilih pindah.

Suasana canggung makin menjadi kala Brahma dan Nirmaya memesan banyak cucu. Galuh dan Jalu bertukar pandang lantas saling menunduk dalam diam. Mereka sudah sah secara agama, tetapi kalau secara negara belum 'kan agak gimana gitu. Pasangan itu jadi bingung sendiri.

Undo (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang