Rajendra dihukum selama sepuluh tahun penjara sesuai dengan pasal yang berlaku. Terakhir kali, lelaki itu bertemu dengan Galuh dan ditemani Jalu, memang menyampaikan maaf. Rajendra menerima dengan lapang, segala hukuman dan meminta maaf atas kesalahannya.
Salma dihukum selama tujuh tahun penjara sesuai dengan pasal pembunuhan berencana. Atas reka ulang adegan, hakim memutuskan Rajendra tak bersalah karena berawal rasa kesal hingga mendorong Salma dan terjadilah keguguran janin wanita itu.
Terakhir bertemu dengan Galuh dan Jalu, Salma menghindari kontak mata. Mentalnya sedikit terganggu karena kehilangan calon anak juga cinta yang tertolak. Kondisinya semakin mengenaskan membuat Galuh tak tega melihatnya.
Pengusutan ketua bandar belum menemukan titik terang. Rajendra mengaku dengan jujur sebulan belakangan, ia tak lagi bertukar kabar dengan ketua. Meski begitu, polisi masih siaga untuk memantau perkembangan terbaru.
Rajendra juga menambahkan informasi bahwa bosnya adalah orang yang nomaden. Ia sangat pintar menyembunyikan identitas dan bisa berpindah dari negara ke negara lain sesuka hati karena banyak koneksi. Hal itu tentu menyulitkan penyelidikan. Namun, Jalu tak patah arang. Ia beserta tim khusus akan tetap selalu siaga jika ada tanda-tanda mencurigakan.
Berkat kesaksian Rajendra, beberapa pengedar narkoba di luar Jawa bisa dijangkau dan dipenjara. Mereka rata-rata tak percaya jika Rajendra memilih jujur dan membeberkan segala rahasia.
“Aku ngelakuin ini semua demi Galuh.”
Sungguh, kalimat itu yang memancing rasa amarah dalam diri Jalu. Namun, lelaki itu berusaha menahan diri untuk melayangkan pukulan. Ia tak bisa mengatur rasa orang lain. Namun, ia bisa mengatur perasaannya sendiri. Demi profesionalitasnya, Jalu memilih diam dan mendengarkan. Rasa cemburu ia tahan dalam dada walaupun dengan kesulitan.
Kasus yang bisa selesai dalam waktu kurang lebih sebulan tersebut, mengantarkan Jalu ke penghargaan dari polri dan kenaikan pangkat. Lelaki itu resmi menyandang pangkat AKBP usai sidang penetapan hukuman Rajendra dan Salma.
Galuh tak ikut hadir dalam acara pelantikan tersebut tetap merasa bangga. Ia menyambut sang suami dengan tatapan sayang kala pulang. Hatinya ikut senang atas pencapaian Jalu.
Tak lupa, Galuh bersyukur karena kondisi Brahma semakin membaik. Tepat tiga minggu yang lalu, lelaki paruh itu melakukan prosedur operasi oleh dokter bedah syaraf guna mengatasi pendarahan pada otak. Operasi berjalan lancar walaupun Brahma belum bisa dikatakan sembuh dari stroke yang menimpa.
Sokongan terapi fisik, wicara, dan akupasi yang dilakukan rutin pasca operasi, memperbaiki segala kondisinya yang semula menurun. Tepat usai kepulangan Galuh dari rawat inap, kondisi Brahma memang berubah parah. Lelaki paruh baya itu sempat berada di ruang ICU dan tak bisa menggerakkan bagian tubuh sebelah kirinya lagi. Tak lupa, bicaranya sedikit pelo. Hal tersebut membuat Nirmaya dan Galuh hampir putus asa berjuang atas cobaan yang mendera.
Keajaiban Allah membuat Brahma bertahan sampai hari ini. Lelaki paruh itu dengan semangat dan dukungan keluarga tercinta, mampu mulai berdiri dengan alat bantu jalan. Jalu terkadang juga menemani dan menuntun mertuanya berkeliling ke taman sore hari habis dinas.
“Capek?” tanya Galuh memecah lamunan panjang Jalu tentang peristiwa berat yang telah mereka lalui.
Gelengan pelan membuat wanita itu tersenyum. Galuh sudah menyiapkan segala keperluan sang suami untuk mandi. Namun, kenapa Jalu seperti malah santai rebahan di kasur?
“Enggak mandi sekarang?”
“Mandiin!” Jalu tak mengerti entah kenapa ia ingin bermanja pada Galuh.
Mandi bersama selepas tiga hari dinas di Sidoarjo memang kedengaran menyenangkan.
“Yang ada bukan mandi doang, Mas! Ih!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Undo (Completed)
ActionGaluh Grahandini (27 tahun) tak pernah mengira pernikahannya akan batal karena orang masa lalu sekaligus polisi tak tahu diri; Jalu Akasa. Pembatalan pernikahan dengan kenyataan calon suami Galuh, Rajendra Dahana, adalah terduga bandar narkoba, memb...