Lalu Langlang

1.1K 194 2
                                    

Sikap romantis memang perlu dilakukan. Lebih baik lagi, dipersembahkan untuk pasangan halal, bukan untuk pacar.

LuLuh

Galuh merasakan nyaman dengan gulingnya. Namun, sebentar, seperti ada yang berbeda. Kenapa bantalnya keras? Dan seperti manusia? Galuh sontak membuka mata, rasa terkejut tak serta merta membuatnya berteriak. Galuh terdiam mengamati wajah tenang di hadapan.

Kepala Galuh berada di depan dada sang suami. Ia bisa melihat wajah Jalu yang masih tertidur pulas. Galuh mengembangkan pipi lantas mengempeskannya. Ia gemas melihat hidung mancung di hadapan. Rasanya, ingin menggigit. Tapi tak jadi. Dia masih waras untuk melakukan hal dalam pikiran.

Pukul empat pagi, alarm Galuh berbunyi. Buru-buru wanita itu mematikan ponsel di meja. Hingga sebuah tarikan di pinggang kembali membuatnya tersentak.

“Jam berapa?” Jalu bertanya serak.

“Ba-baru jam empat.” Galuh menjawab dengan gagap.

Dalam hati, Galuh menggerutu. Kenapa bisa dia bersikap gugup? Bukankah tingkat percaya dirinya tinggi? Lalu, dia juga menguasai publik speaking yang bagus? Lantas, mengapa bisa di depan Jalu semua sia-sia? Dia seperti wanita lola.

“Sebentar lagi subuh.” Jalu membuka suara.

“Aku masuk pagi, Dek.” Kembali, Jalu mengadu.

Suara itu terdengar lunak dan candu. Galuh mendengar tanpa berniat menjawab. Fokusnya hanya wajah memejam Jalu penuh ketenangan. Rasa-rasanya, Galuh masih tak percaya kalau Jalu menyimpan sikap romantis di balik dinginnya. Masih tak menyangka, Galuh bisa diberikan kejutan sedemikian rupa. Cincin yang pas dan ucapan manis. Galuh meleleh dibuatnya.

“Kamu masih kerja?” Jalu bertanya sembari membuka mata.

Galuh membuang pandang. Ia salah tingkah karena sepertinya sang suami tahu jika diperhatikan tadi.

“Masih masuk kerja. Surat resign-nya belum di acc. Mungkin seminggu lagi.”

Jalu mengiyakan. Matanya tak bosan menatap kepala Galuh yang tak berjilbab. Ia kembali merasa bersyukur atas nikmat Tuhan hingga Galuh bisa berada di dekapan.

“Mau diajak berkunjung ke rumahku nanti?”

Jalu masih bertanya, sedangkan Galuh tentu mengiyakan dengan senang hati. Tahukah kalian? Galuh dan sang mertua satu server dalam drama Korea dan drama Cina. Hal itu terbukti kala sambungan video call hari Minggu lalu.

Jalu agak was-was kala Runi, sang ibu hendak tahu rupa istrinya. Wito, sang ayah hanya geleng-geleng tak percaya kala pada akhirnya obrolan antara ibu mertua dan mantu, ngalor ngidul hampir setengah jam.

“Mana istrimu?” tanya Runi agak ketus.

Jalu tak yakin dan menatap Galuh. Siapa sangka selepas melihat rupa anggun sang istri, Runi luluh setengah mati. Ia berkata halus bahkan lebih lembut kepada Galuh daripada Jalu, anaknya sendiri.

“Cah ayu. Pengin tak hih. Manis banget senyumnya itu loh.” Runi berucap sembari takjub atas paras Galuh.

Santi, adik Jalu hanya terkikik geli. Obrolan selepas memperkenalkan besan, melibatkan Galuh dan Runi. Dua orang itu asyik berbincang tentang drama korea, dan film lainnya. Anehnya, Jalu tak mengerti kesukaan Runi, kenapa bisa Galuh memahami?

“Kamu emang pecinta drama Korea?” Jalu bertanya selepas hening mendera lama.

“Enggak juga, Mas. Cuman kadang suka nonton gak segitu cintanya. Sekadar ngerti doang. Kisah cintanya ngebaperin.” Galuh berkata tenang.

Undo (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang