Curiga

1K 179 7
                                    

Sebulan berlalu, Rajendra berhasil melarikan diri. Namun, ia tak menemukan ketenangan di hati. Rasa was-was terus membersamai. Apalagi, ia telah melangkah lebih jauh dengan Salma. Ia ingkar pada janji setia pada sang calon istri.

Kepala Rajendra dipenuhi memori tentang Galuh akhir-akhir ini. Apalagi, lewat akun fake, ia menemukan instagram Galuh yang kosong. Dulu, foto-foto dengan dirinya terpampang meski hanya siluet di pantai. Rajendra mulai ketakutan jika Galuh mendapatkan pengganti.

Pagi ini, Rajendra masih menutup mata. Ranjangnya bergerak karena Salma bangkit dan menuju ke luar kamar. Wanita itu mendengar panggilan dari ponselnya.

Samar, Rajendra mendengar pembicaraan yang memancing curiga. Dengan hati-hati, ia mengekori Salma dan berhenti di balik tembok. Wanita itu seperti tak menyadari dan terus berbicara panjang kali lebar.

“Terus awasi. Tidak mungkin kasus ini hilang jejak dan ditenggelamkan. Polisi itu bahaya.” Salma berkata ringan.

“Jangan sampai dia tahu kamu telah menusuknya!” perintah tegas itu terdengar.

“Ya aku berterima kasih. Setidaknya jejak kami udah hilang di mata polisi.” Salma menutup panggilan.

Mendengar penuturan tersebut, Rajendra keluar kamar. Ia langsung menghadang Salma di ambang pintu. Tatapannya menghunus tajam.

“Kalau udah enggak ada pengusutan dari polisi, berarti aku bisa menemui Galuh?” tanya Rajendra dengan gundah.

“Penyusutan memang diberhentikan, Jendra. Tapi kita enggak tahu bagaimana kalau kamu kembali ke Jawa?” Salma berkata tenang.

“Tapi aku rindu sama Galuh, Salma!”

Hati Salma tercubit akan hal itu. Ia memaki dalam hati. Namun, di wajahnya senyum terpatri.

“Kamu merindukan dia? Kalau dia tidak merindukan kamu bagaimana, Jendra?” tanya Salma dengan intonasi rendah.

“Aku masih punya impian membangun hidup dengannya. Pernikahan kami tertunda bukan batal. Aku ingin bertemu Galuh, Salma.” Rajendra tak bisa mengontrol ucapannya lagi.

“Tunggu perkembangan kasus ini dulu.” Salma berkata sembari menyentuh pelan dada bidang di hadapan.

Rajendra langsung menepis tangan sang matan. Matanya berpendar penuh rasa kemuakkan.

“Jangan sentuh aku, Salma!”

“Kenapa? Bukankah kita tidur bersama selama ini?” Salma berkata sembari mengerling. “Bahkan kita dua kali—”

“Dua kali itu kekhilafan semata. Tidur bersama itu cuman beberapa kali karena kamu memaksa.” Rajendra berkata tegas.

“Jangan sampai kesalahan itu menjadi candu kita.” Rajendra memutuskan.

Tidur bersama memang murni paksaan bagi Rajendra. Lelaki itu terlampau merasa berhutang budi pada Salma hingga tak mampu menolak keinginan wanita itu. Tiap hujan dengan gemuruh petir, Salma selalu menangis takut, maka Rajendra terpaksa menemani hingga mereka tidur di ranjang bersama.

Untuk kesalahan dua kali yang berlalu, Rajendra marah pada diri sendiri. Kesalahan kedua memang murni karena ia didera emosi. Namun, kalau dipikir ulang, Rajendra seperti bersumbu pendek karena memakan berita tanpa tahu kebenarannya. Lelaki itu percaya tanpa bukti. Bukankah dulu mereka pernah berjanji untuk saling percaya tanpa prasangka?

Pemikiran itu terlambat. Rajendra hanya bisa menyesal dan resah. Ketakutannya menjadi. Kecurigaannya melesak kuat. Apa Galuh telah memiliki pengganti? Jika iya, maka Rajendra akan melakukan segala cara guna mendapatkan wanita itu di dekapannya.

Undo (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang