Mereka sudah menikah.
Pesan tersebut membuat Salma menatap layarnya lama. Lewat sebuah foto dari jarak jauh dari Rendi, terlihat Galuh dan Jalu berboncengan. Wanita itu tersenyum manis pada akhirnya.
Berita besar ini akan membuat Rajendra melepaskan Galuh dan membencinya, 'kan? Salma memperkirakan semuanya. Dia tak perlu menyenggol Galuh lagi jika begini. Baiklah, Salma mematut diri di cermin kamar mandi sebelum keluar. Ia telah mempersiapkan diri guna melancarkan rencana besar yang sudah dipikirkan jauh-jauh hari.
Dengan wajah khas bangun tidur, Salma keluar ke kamar Rajendra. Ia mengetuk pintu sang mantan. Lama, tetapi berakhir pintu tersebut terbuka.
"Kenapa?" tanya Rajendra masih terlihat mengantuk.
Hampir dua bulan berada di Kalimantan, pikiran lelaki itu terus tertuju pada pernikahan impiannya dengan Galuh. Namun, Rajendra gamang, ia masih takut akan kejaran polisi. Hal itu pulalah yang membuatnya mau tak mau tinggal di sini dan membantu bisnis kosmetik Salma.
"Aku hanya ingin menyampaikan sesuatu." Salma tersenyum miris.
Ditampakkannya iba meski hatinya gembira. Hal itu pula yang membuat Rajendra menatap Salma curiga. Tanyanya berputar seputar nasib yang terjadi.
"Ini." Salma menyodorkan ponselnya.
Terpampang jelas Galuh dan Jalu tengah berboncengan. Rajendra hampir kehilangan kendali atas emosi dan membanting ponsel Salma ke lantai. Namun, tak jadi. Emosinya hanya tersalur lewat umpatan yang tertahan di ujung lidah.
"Mereka menikah Rajendra. Perempuan yang kamu perjuangkan ... memilih lelaki lain untuk dijadikan suami." Rajendra tak bisa berkata. Matanya langsung memerah. Ia menggeleng dan menyugar rambut kasar.
"Kau jangan main-main denganku ,Salma! Selama ini aku mengikuti aturanmu dan percaya atas semua perkataanmu. Tapi ini! Aku yakin kau berdusta!" Rajendra merasakan napasnya memburu.
Di beberapa foto tersebut, terlihat Galuh yang berubah penampilannya. Rajendra juga melihat senyum menawan yang dilayangkan Galuh untuk polisi bajingan bernama Jalu. Rajendra hampir mempercayai mereka memiliki ikatan kala melihat betapa mesranya dua orang tersebut berboncengan.
Rajendra terlalu keras kepala. Ia percaya, Salma hanya melakukan omong kosong belaka. Namun, sekali lagi, matanya terlalu awas melihat kenyataan. Cincin di tangan Galuh bukan lagi cincin yang dulu ia sematkan.
"Lihat dulu, Jendra!" Salma menekan suaranya.
"Lihat dulu! Cinta bisa buta dan tuli, tapi kalau bukti dan kenyataannya demikian, kamu mau apa?" Lagi, Salma mengompori.
"Kamu sudah berkorban banyak. Kamu terluka, tertekan, dan bahkan melarikan diri dari kejaran polisi, dia justru menikah? Wah, perempuan berhati apa itu? Apa dia tak memiliki perasaan untuk sekadar mengingat kenangan kalian dulu?" Salma bertanya dengan wajah memerah.
Perannya benar-benar mulus. Bakat sandiwara di teater sekolah dulu, membuat wanita itu menghayati segala improvisasi. Terlihat, Rajendra mengetatkan rahang. Tatapan lelaki itu seperti terkubur oleh emosi.
"Baca pesan dari Rendi!" titah Salma.
Rajendra merasakan dadanya sesak setengah mati. Calon istrinya menikah? Jalu merebut Galuh darinya? Mimpi! Ini mimpi! Rajendra pasti selalu menang dalam segala hal. Lantas Jalu memang kurang ajar! Merebut apa yang ditakdirkan untuk seorang Rajendra.
Dari percakapan tetangga, mereka menikah mendadak.
Tapi sepertinya Galuh tak menolak sama sekali.Rajendra mengembalikan ponsel Salma. Badannya melemas hingga lelaki itu memutuskan duduk kembali di ranjang. Kepalanya sibuk memikirkan kebenaran. Ingin menyanggah, tetapi Galuh benar menyerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Undo (Completed)
ActionGaluh Grahandini (27 tahun) tak pernah mengira pernikahannya akan batal karena orang masa lalu sekaligus polisi tak tahu diri; Jalu Akasa. Pembatalan pernikahan dengan kenyataan calon suami Galuh, Rajendra Dahana, adalah terduga bandar narkoba, memb...