226. Games

8K 93 42
                                        

SUV Hitam yang menculik Rania Rania berontak di dalam mobil yang tiba-tiba membawanya pergi itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SUV Hitam yang menculik Rania
 
Rania berontak di dalam mobil yang tiba-tiba membawanya pergi itu. Mobil itu berkecepatan tinggi, berlari zig zag di antara keramaian highway, dan segera menuju ke luar kota.
 
“Lepaskaann akuuu!!! Toloonngg…!!” Ucap Rania, yang wajahnya ditutup dengan kain, membuatnya tidak bisa melihat siapa yang menculiknya.
 
Kedua orang yang memakai topeng itu, lalu berpandangan satu sama lain.
 
“Tunggu, jangan dibuka dulu, setelah tunnel saja.” Ucap sosok yang menyetir.
 
“Ha…? Siapa itu…?” Ucap Rania.
 
Sesaat setelah melewati tunnel yang panjang dan gelap itu, mereka membuka kain penutup kepala Rania, dan mereka sendiri sudah membuka topengnya.
 
“Ha? Ayah? Reiger?”
 
“Ya, Rania, maaf kami harus melakukan ini. Tapi ada alasan kuat untuk itu.” Ucap Andrew yang menyetir.
 
Reiger duduk di samping Rania, dan satu orang crew Andrew duduk di belakang mengawasi belakang mobil apakah mereka dibuntuti.
 
“Aman?” Tanya Andrew.
 
“Aman boss.” Jawab crew itu.
 
“Ada apa ini?! Tolong jelaskan ayah…!”
 
“Kami harus membawamu pergi jauh untuk sementara, terutama dari jangkauan Pedro.” Ucap Reiger sambil sesekali melihat ke belakang, juga memastikan tidak ada yang membuntuti mereka.
 
“Kita mau kemana ini…? Kenapa kalian sampai melakukan ini?! Aku harus mencari Kory…! Aku takut terjadi apa-apa padanya… tolong… kasihan dia…”
 

“Urusan temanmu itu bisa dikesampingkan dulu… keselamatanmu adalah agenda utama kami semua, kamu tidak boleh terluka dan jatuh ke tangan musuh lagi seperti dulu… Rania…” ucap Andrew

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Urusan temanmu itu bisa dikesampingkan dulu… keselamatanmu adalah agenda utama kami semua, kamu tidak boleh terluka dan jatuh ke tangan musuh lagi seperti dulu… Rania…” ucap Andrew.
 
“Lalu… bagaimana kalian bisa menemukanku? Kan aku sudah menggunakan flight mode di HP?”
 
“Kalung yang kamu kenakan itu adalah GPS yang kami tanam, dan ada penyadap suara juga di dalamnya, kami mendengar apa pun yang kamu katakan dan di mana lokasimu. Dan sejak semalam pun aku menginap di basement hotel tempat kalian menginap, mengawasi bahaya yang mungkin muncul. Aku tidak pernah meninggalkanmu begitu saja, Rania. Ini pesan ayahmu.” Jawab Reiger.
 
“Hah..! berarti… tadi malam.. kalian mendengar donk… aku sedang apa dengan Devan…”
 
“Jelas sekali.” Ucap Reiger singkat.
 
Muka Rania langsung memerah malu, dan ia menutupi wajahnya.
 
“Aduh… lalu… bagaimana dengan Devan…? Apa kita meninggalkannya?”
 
Andrew terdiam sejenak sebelum menjawab.
 
“Lebih baik kalian jangan pernah bertemu lagi.” Ucap Andrew sambil tetap menyetir.
 
“Hah?!”
 
“Kamu membahayakan Devan bila bersama dengannya, ingat kita ini siapa, seperti yang sering ayah katakan, kita ini hidup di dunia yang berbeda dengan Devan, putra Jonathan Gilbert. Kita ini bukan siapa-siapa.”
 
“Tidak… jangan katakan itu… aku tidak mau berpisah dengan Devan… tolong jangan lakukan ini padaku ayah… mohon…” Ucap Rania dengan wajah memelas memohon, mengelengkan kepalanya menolak ini semua terjadi. Matanya pun mulai berkaca-kaca.
 
“Rania, kamu terlalu berharga untuk berkeliaran di luar sana, ingat misi utama kita adalah menghancurkan resep ZD itu. Dan kunci itu ada padamu.”
 
“Kunci apa sih…?! Kenapa aku jadi terlibat urusan kalian…?! Lepaskan aku!!! Aku mau pergi dari sini…! Aku mau bersama Devan saja…! Aku lelah dengan semua ini ayah! Kamu kemarin meningalkanku begitu saja, dan kini aku harus menganggung beban lain, dosa-dosamu yang harus kamu selesaikan…! Kenapa harus aku ayah…???!!! Hnnnn…! Hnkss…!!” Teriak Rania dengan histeris.
 
Andrew yang terkejut memelankan kecepatan mobilnya dan menepi di pinggir highway.
 
“Dari kecil aku tidak pernah merasakan kasih sayang yang normal…! Aku selalu hidup berpindah-pindah tanpa kasih sayang ibu…! Dan di beberapa saat lalu, saat aku mulai merasakan kedamaian dengan bertemu kak Vero, kalian mengacaukannya, lalu kemarin… saat aku mulai merasakan kedamaian lagi dengan Devan, kalian menghancurkannya… kenapa kamu lakukan ini padaku ayah…?!!! Kenapa…??!!” Teriak Rania dengan suara yang serak dan parau.
 
Andrew hanya terdiam mendengar putrinya yang menangis histeris, ia tidak berani menoleh atau melihat wajah putrinya di belakangnya.
 
“Tidak bisakah aku hidup dengan normal seperti anak kuliah yang lain…?!! Yang mempunyai teman-teman dekat, mempunyai kekasih, mempunyai orang tua yang lengkap yang bekerja dengan benar… tidak bisakah aku seperti mereka…?? Aku iri ayah…!! Aku iri dengan merekaaa…!!!”
 
“Lalu di saat akhirnya kemarin aku punya teman dekat… Kory, kalian pun meninggalkannya di sana??! Entah bagaimana nasibnya sekarang…?!! Kenapa semua ini terjadi padaku…??!! Jawab ayah…??!!”
 
Andrew tertegun, ia menelan ludahnya dan memejamkan matanya. Menghela nafas sambil memikirkan semua ini. Lalu ia menoleh ke belakang, ke putri satu-satunya ini.
 
“Hnnn… hhkksss… hhnn… hnnn…!” Rania menangis dengan sesegukan setelah histeris.
 
“Kenapa…. Kalian… melakukan ini… padaku… ayaaahh…. Hhhnnn… hhkkksss…”
 
Andrew keluar dari pintu pengemudi, lalu membuka pintu tengah, tempat Rania duduk dan menangis.
 
Lalu ia berlutut di tanah dan mengusap kaki Rania sambil menundukkan kepalanya.
 
“Mohon… maafkan ayah… bila kamu mau menginjak-injak ayah demi meluapkan kekesalan dan kekecewaanmu selama ini… silahkan lakukan… Rania… aku tidak akan melawanmu.. aku berhak merima hinaan dan cacianmu. Aku adalah ayah yang gagal dan saat ini sedang berusaha menebus kegagalan itu… namun semua ini ayah lakukan bukan buat ayah… tapi demi kamu yang ayah sayangi… dan semua orang yang terdampak dengan obat itu…”
 
Rania terkejut, terpaku dan tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Ayahnya berlutut di kakinya, memohon ampun dan menjadi pesakitan di depannya.
 
“Di saat ayah menghadapi kesusahan, yang ayah lakukan hanyalah kabur… ayah memang seorang pengecut… ayah tidak berani menghadapi semua ini.. ayah masih tidak berubah… namun dengan melihatmu yang begitu kuat… ayah tergerak untuk kembali… dan kini ayah berusaha menebus kesalahan ayah itu… mohon berikan ayah satu kesempatan lagi…”
 
Rania mengusap air matanya dan kemudian…
 
BRUKKK…!!
 
Ia menendang kepala Andrew hingga terjungkal ke belakang.
 
“Rania…!” Reiger terkejut dan memegangi Rania.
 
“Rasakan itu!” Teriak Rania dengan kesal dan histeris.
 

SEX and The City 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang