BAB 23 - [memancing kemarahan]

10.8K 921 44
                                    

karna hari ini ulang tahun pacar gua, jdi gue bakal update........

terserah gua😏.

Pagi hari di kota London

Tepatnya di mansiom orang tua Jaemin, Stefan sadar dari pingsannya. Pria berusia 28 tahun itu meringis. Tatkala merasakan sakit di area tengkuknya.

Stefan duduk termenung, mencoba mengingat kilas balik kejadian semalam. Saat itu tenggorokannya kering, hendak mengambil minum. Namun matanya tidak sengaja mendapati segerombolan orang berjalan mengendap-endap, memeriksa seluruh ruang yang ada.

Jeno, pria itu datang dan membawa Jaemin pergi. Seketika Stefan berlari cepat, masuk ke dalam kamar adiknya. Berharap semua kejadian semalam hanya mimpi semata.

Kosong, harapannya pupus dalam sekejap. Jaemin benar-benar di bawa pergi oleh Jeno. Dan apa ini? Stefan meraih amplop yang Jeno tinggalkan di atas laci depan ranjang.

Satu black card tanpa limit jatuh begitu Stefan membuka amplop tersebut. Untuk apa Jeno meninggalkan kartu tanpa batas itu.

Sial, Jeno menganggap ini sebagai bayaran karena sudah merawat Jaemin selama disini. Hei, apa Jeno pikir kasing sayang Stefan sama seperti barang dagangan. Ingin sekali Stefan menghajar pria arogan itu.

Stefan membuang black card itu ke dalam tempat sampah. Lalu berjalan keluar dari kamar Jaemin, memutuskan menemui Siwon dan Belle untuk berpamitan. Ya, Stefan akan menyusul Jaemin ke New York dan membawanya pulang ke mansion ini.

▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎

Bisikan-bisikan kerap kali terdengar di seluruh penjuru gedung besar itu. Perusahaan yang di penuhi ratusan orang ber jas rapi itu tengah di gemparkan sebuah berita menghebohkan. Dimana bos mereka yang terkenal dingin dan tidak mudah dekat dengan orang asing datang menggendong seorang anak kecil.

Jeno memutuskan mengajak Jigan ke perusahaan, masih ingin menghabiskan waktu dengan Jigan. Membuat moment baru, menggantikan moment-moment yang terlewatkan dulu.

Hot daddy itu berjalan santai di antara kerumunan pegawai yang berlalu lalang. Membiarkan mereka semua tau, jika dirinya sudah memiliki anak. Pewaris yang akan menggatikannya kelak.

"Duduk disini dan temani dad bekerja!" Meletakkan Jigan di kasur busa yang terletak tidak jauh dari meja pendek di depan sofa. Jeno memindahkan dokumen dan benda elektroniknya ke meja pendek itu. Akan lebih mudah mengawasi Jigan dari sini.

Sedangkan Jigan, anak kecil itu sibuk memainkan yang memenuhi kasur. Sesekali bergumam kencang, kemudian menatap sang ayah dan menunjukkan mainannya. Menggemaskan.

"Sir, ini susu yang anda minta" tanpa mengetuk ataupun menyapa. Mark datang memberikan sebotol susu untuk majikan juniornya.

"Berikan!" Seru Jeno memerinta. Matanya masih fokus pada dokumen yang di genggam nya. Mark berjalan mendekat, meletakkan botol susu itu di samping laptop.

Drrtt! Drrtt! Drrttt! Handphone milik Mark bergetar. Seseorang menelepon pria multitalenta itu. Mark meminta izin undur diri. Ellie menelepon, sudah pasti bukan masalah sepele.

"Katakan!" Perintah Mark begitu keluar dari ruangan Jeno.

Sedangkan Jeno sendiri menyudahi kegiatannya dan menghampiri Jigan. "Minum susu dan cepat tumbuh menjadi pria tampan seperti daddy mu, boy" Jeno mengangkat Jigan dan meletakkan di pangkuannya.

Mr. Billionaire's Wife | Nomin [M-preg]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang