BAB 27 - [bibit unggul]

11K 861 56
                                    

*sorry for typo
Kepergian Stefan membuat Jaemin sedih dan diselubungi perasaan bersalah. Ia menyesal sudah mengusir Stefan dengan kasar, seharusnya Jaemin membiarkan Stefan tinggal lebih lama dan menjelaskan masalah ini secara detail.

"Sudah selesai bersedih?" Tanya Jeno. Entah sejak kapan pria itu berdiri di ambang pintu kamar.

"Kenapa?" Jaemin bertanya seraya menolehkan kepala ke arah Jeno.

"Ikut aku" ujar Jeno, berjalan mendekat dan meraih pergelangan tangan Jaemin lalu menariknya keluar kamar.

"Kau mau membawa ku kemana sih?" Jaemin berusaha melepaskan cengkeraman Jeno, namun gagal karena kalah tenaga.

"Ikut saja, kau akan tau nanti" Jeno melanjutkan langkahnya menuju lapangan khusus pesawat ataupun helikopter, yang terletak di belakang mansion.

Betapa terkejutnya Jaemin saat mendapati sebuah pesawat terparkir rapi di tengah-tengah lapangan itu. Apa Jeno punya pesawat pribadi, itulah yang dipikirkan Jaemin.

"Ini...." Jaemin menggantungkan kalimat, tidak bisa melanjutkan kalimat karena masih mengagumi kekayaan sang suami. Jaemin masih tidak percaya dengan hal ini.

"Ayo kita masuk!" Ajak Jeno membuyarkan lamunan Jaemin. Mark sendiri sudah duduk nyaman di dalam sana sembari memangku Jigan.

"Kau mau membawaku kemana, Chris?" Masih dengan pertanyaan yang sama. Jaemin penasaran, kemana Jeno akan membawa nya pergi.

"Kita akan pergi ke Milan, seseorang mengundang kita untuk menghadiri pesta ulang tahunnya" jawab Jeno seraya menuntun Jaemin untuk duduk.

"Laki-laki atau perempuan?"

"Perempuan" Jaemin terdiam, ada sedikit gejolak api kecemburuan di dalam hati. Wajahnya bahkan terlihat sedikit suram.

Melihat wajah suram Jaemin, Jeno terkekeh. "Kenapa diam? Apa jangan-jangan kau cemburu?" Tebaknya. Sial, kenapa tebakkannya selalu tepat sasaran.

"Perempuan itu adikku, na. Jadi jangan cemburu ya" Jeno mencium bibir Jaemin singkat. Lalu membuang muka ke arah jendela, sama-sama malu.

Dibelakang sana Mark menggerutu kesal. Melihat kedekatan sang majikan memang hal yang membahagiakan. Tapi bukan berarti mereka harus melupakan Jigan dan menjadikannya sebagai pengasuh dadakan.

"Kenapa kau tidak bilang dari kemarin, aku bisa menyiapkan sesuatu untuk adik mu" sungut Jaemin kesal, tak ingin di cap sebagai kakak ipar pelit karena tidak membawakan hadiah.

"Aku sudah menyiapkannya, kau tinggal pilih saja" Jeno menyerahkan katalog perhiasan dari brand ternama.

"Apa ini?" Jaemin membolak-balikkan buku bergambar itu. Sedikit melongo tatkala melihat harga yang tertera, harga perhiasan sebanding dengan harga satu unit mobil ferrari.

"Helena suka mengoleksi perhiasan, jadi pilihlah mana yang kau suka" ujar Jeno.

Helena? Jadi namanya Helena. Nama yang indah, tapi bagaimana Jaemin bisa memilih, ia tidak tahu selera Helena.

"Sebelum aku memilih, bisa ceritakan sedikit bagaimana Helena itu?" Lantas Jeno menaikkan sebelah alisnya, bingung mau mulai darimana.

"Helena gadis sederhana, dia tidak mudah bergaul dan tidak memiliki banyak teman. Karena lahir dari keluarga kaya, banyak teman sekolahnya yang  minder. Padahal Helena bukan gadis yang pilih-pilih. Tidak peduli mereka dari kalangan bawah asalkan mereka tulus mau berteman, Helena siap menerima mereka dengan senang hati."

"Ngomong-ngomong berapa umur Helena sekarang?"

"Tahun ini 26" Jaemin terbelak, tidak menyangka adik iparnya lebih tua darinya.

Mr. Billionaire's Wife | Nomin [M-preg]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang