BAB 34 - [tembakan]

5.3K 491 25
                                    

*sorry for typo

Siang itu, jam menunjukkan pukul 12 siang. Terlihat seorang lelaki muda duduk di pojok ruangan seraya menghempaskan napas bosan berulang kali.

Dia adalah Jaemin. Semenjak kejadian kemarin, Jeno enggan melepas Jaemin dari pandangannya. Karena itu Jeno selalu membawa Jaemin kemana-mana.

Tak lupa Jigan juga ikut terkena imbas. Ruangan yang tadinya bersih dan rapi. Kini sudah tidak berbentuk lagi, berbagai macam mainan kanak-kanak dan makanan ringan berserakan di lantai.

Tadinya Jaemin menolak mentah-mentah ajakan Jeno. Tapi karena Jeno bilang ingin memindahkan kantornya ke rumah, Jaemin langsung menurut dan mengikuti semua keinginan Jeno.

Jaemin melirik Jeno lewat ekor mata. Kapan pekerjaannya akan selesai, Jaemin lapar dia ingin memakan sesuatu sekarang. "Lihat dia, bahkan wajahnya tidak terlihat merasa bersalah!" gumam Jaemin di tengah-tengah kesibukannya mengawasi Jigan.

Anak kecil itu mulai bisa merangkak, sesekali berdiri dengan meja sebagai tumpuan. "Dad...dad...dad!" Panggil Jigan. Entah sejak kapan anak itu di bawah kaki sang daddy.

"Kenapa sayang?" Jeno menghentikan kegiatannya sejenak, lalu menunduk ke bawah. Melihat Jigan memeluk kakinya membuat Jeno gemas. Segera pria itu menggendong Jigan agar duduk di paha nya.

"Kau bosan? Apa kau sudah lapar?" Beragam jenis pertanyaan Jeno lontarkan, tidak peduli apakah Jigan mengerti atau tidak. Yang jelas, Jeno ingin memperlihatkan perhatiannya.

"Jigan tidak lapar, aku yang lapar!" Ujar Jaemin dari sofa. Wajahnya memerah, ketara sekali jika ia sedang menahan amarah. Jeno mengulas senyum, lalu berdiri dari tempat duduk dan membawa Jigan ke arah Jaemin.

"Aku akan menyuruh Mark menyiapkan makanan untuk mu, Na" Jeno mencolek dagu Jaemin, membuat lelaki cantik itu risih dan semakin kesal padanya.

"Aku tidak mau makan disini!" Tolak Jaemin tegas.

"Lalu?" Tanya Jeno. Menatap Jaemin sejenak untuk meminta pendapat. Jika Jaemin tidak ingin makan disini tidak masalah, Damian bisa mengajaknya makan di luar.

"Aku mau makan di kantin perusahaan, boleh yaa?" Pinta Jaemin dengan wajah memelas. Berharap Jeno mengizinkannya.

"Oke, sesuai permintaan mu Nyonya Gonzales. Kita makan di kantin perusahaan" jawab Jeno tanpa berpikir dua kali. Keinginan Jaemin adalah perintah baginya.

Akhirnya mereka menampakkan kakinya keluar dari ruangan Jeno. Jeno menggendong Jigan dengan menggunakan satu tangan, sedangkan satu tangannya yang menganggur ia gunakan untuk merengkuh pinggang ramping Jaemin.

Semua pasang mata tertuju pada keluarga kecil itu. Pasalnya baru pertama kali mereka melihat bosnya bersikap lembut dan menatap seseorang dengan tatapan meneduhkan. Tidak dengan tatapan tajam nan membunuh.

Hingga akhirnya mereka tiba di kantin perusahaan yang besar dan mewah. Makanan di sajikan secara prasmanan, semua pegawai bebas makan sepuas mungkin. Asal tidak menyisahkan satu biji beras pun di piring mereka.

Jeno dan Jaemin duduk di bangku pojok, sesuai dengan permintaan yang mulia raja. Padahal Jaemin ingin duduk di tengah-tengah pegawai, namun Jeno menolak dan memilih duduk di bangku pojok dengan alasan tidak ingin Jaemin menjadi pusat perhatian para karyawan muda.

Kecanggungan menyelimuti kantin perusahaan. Semua karyawan mendadak tidak berani mengeluarkan suara, bahkan mereka lupa cara untuk bernapas saking tegang nya.

Beberapa karyawan yang baru datang menyapa mereka. Alih alih mengindahkan, Jeno mengabaikan dan memilih fokus pada wajah cantik Jaemin.

"Selamat siang, tuan dan nyonya" Jaemin mengangguk sembari menerbitkan senyum tipis.

Mr. Billionaire's Wife | Nomin [M-preg]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang