Bab 10

177 15 0
                                    

Jimin terus saja tersenyum memperhatikan kalender yang ada ditangannya, matanya terus tertuju pada tanggal 13 yang dilingkari dengan tinta merah.

Ting....
Sebuah pesan masuk dan Jimin langsung membukanya. Disana tertera nama
"Yoongi hyung" tentu saja Jimin merasa senang karna seperti dugaannya Yoongi tidak akan mungkin melupakan hari penting ini.

Room Chatt
"Yoongi Hyung"

Yoongi :
Selamat ulang tahun jimina, Hyung selalu berharap yang terbaik untukmu
Hyung menyayangimu.

Ya hari ini adalah hari ulang tahun Jimin,hari yang sangat dia sukai karna biasanya Yoongi akan pulang kecuali dua tahun terakhir. tapi tahun ini dia sangat berharap Yoongi bisa pulang dan merayakan ulang tahunnya bersama.

Jimin:
Gomawo Hyung, aku juga menyayangimu.


Jimin masih terus tersenyum sampai balasan dari Yoongi melunturkan senyumannya

Yoongi:
Jim mianhe tahun ini hyung tidak bisa pulang lagi, tapi kau tenang saja Hyung akan mengirimkan kado yang terbaik untukmu

Jimin merasa kecewa tentu saja, dia tidak membutuhkan hadiah apapun dari Yoongi,yang dia inginkan hanya Hyuganya itu pulang untuk merayakan ulang tahun bersamanya.

Jimin :
Aku tidak butuh kadomu Hyung, aku hanya ingin kau pulang


Drtttt.....drttt....
Panggilan dari Yoongi masuk ke ponsel Jimin,dia tau Jimin pasti kecewa makanya dia memutuskan untuk menghubungi Jimin langsung daripada harus melalui chat.

"Hallo Jim" terdengar suara Yoongi dari seberang sana

"Hmm"

"Kau marah pada Hyung" tanya Yoongi karna mendengar nada cuek dari adiknya itu.
"Mianhe Jim, Hyung juga ingin pulang tapi kau tau sendiri Hyung tidak bisa pergi begitu saja saat urusan disini masih banyak"

"Paman Seon kan ada, apa Hyung tidak bisa pulang setidaknya dihari ulang tahunku saja" ucap Jimin kesal

"Paman sedang ada keperluan diluar negeri Jim,jadi Hyung tidak bisa meninggalkan perusahan begitu saja, cobalah mengerti hyu.....

"Kau yang tidak mengerti Hyung" potong Jimin " selama ini aku tidak pernah menuntut apapun padamu bahkan saat kau tidak pulang dua tahun terakhir, aku hanya ingin setidaknya ada yang merayakan hari penting ini bersamaku" ucap Jimin terdengar lirih

"Jim...

"Sudahlah Hyung, kau tidak perlu mengirimkan apapun untukku"

Tut...
Telfon dimatikan secara sepihak oleh Jimin.
Jimin melempar kalender yang dari tadi dipegangnya dan kemudian menangis, tadinya dia mengharapkan kedatangan Yoongi tapi kini harapan itupun juga sia-sia.
Anggaplah dia kekanak-kanakan tapi bagi Jimin kepulangan Yoongi mampu menjadi kekuatan untuknya dan dia hanya ingin melewati hari pentingnya dengan kebahagiaan, dia tidak bisa mengharapkan hal itu dari jin mengingat bagaimana jin selalu acuh padanya selama ini
.
.
.
.
Malam hari tiba...
Jin pulang dari kantor dan segera memarkirkan mobilnya lalu masuk kedalam rumah.
Saat dia masuk hal pertama yang dilihatnya adalah Jimin yang berada diruang tamu dengan kue ulang tahun yang berada diatas meja.

Jimin memutuskan membeli kue ulang tahun untuk dirinya dan dia berniat mengajak jin untuk merayakannya bersama walau dia tau kemungkinan jin menurutinya sangat kecil.
Jin ingin melangkah melewati Jimin tapi sebuah panggilan menghentikannya

" Hyung " suara Jimin terdengar lirih

" maukah Hyung merayakan ulang tahun bersamaku, setidaknya temani aku untuk meniup lilin ini" Tanya Jimin penuh harap

"Hyung mau" batinnya tapi yang keluar dari mulutnya justru hal yang lain
"maaf Hyung sangat lelah sekarang" baru saja mau kembali melangkah lagi-lagi suara lirihan terdengar dari mulut Jimin.

"Yoongi hyung tidak pulang lagi tahun ini, tidak bisakah Hyung menemaniku sebentar?"

"Kau tidak dengar Jim, Hyung bilang Hyung sedang sangat lelah" jin hendak melangkah namun tiba-tiba

Brakkk
Jimin melempar kue ulang tahunnya tepat dihadapan Jin

"apa-apaan kau park Jimin" ingat saat jin sudah memanggilnya dengan nama lengkap itu artinya jin benar-benar sedang marah

"Aku sudah muak Hyung, BENAR-BENAR SANGAT MUAK DENGAN PERLAKUANMU!!" Jimin sudah tidak bisa menahan amarahnya lagi, kekecewakan karna Yoongi tidak pulang dan pengabaian jin benar-benar mematahkan hatinya dan membuatnya merasa muak.

"Apa kau marah hanya karna aku tidak merayakan ulang tahunmu, cihh kekanak-kanakan sekali" jin yang notabenenya memang sedang sangat lelah kini terpancing emosi oleh sikap Jimin

"Kekanak-kanakan??" Jimin tersenyum miris " apa bagimu aku kekanak-kanakan karna meminta perhatianmu?!! Cihh bodohnya aku yang terus berharap kau bisa kembali menjadi Park Seokjin yang dulu"

"Apa maksudmu?" Jin bukannya tidak mengerti maksud dari perkataan Jimin tapi dia sedang tidak ingin membahasnya "lebih baik kau tidur ini sudah malam" jin melangkah kakinya hendak menuju keatas

"BERHENTI MENGABAIKANKU HYUNG " teriak Jimin
"Sudah cukup!!! SUDAH CUKUP KAU MENGABAIKANKU SELAMA SEPULUH TAHUN TERAKHIR TANPA AKU TAU APA PENYEBABNYA,AKU BAHKAN TIDAK TAU APA KESALAHANKU SAMPAI KAU HARUS MEMPERLAKUKANKU SEPERTI INI. kenapa? KENAPA KAU BERSIKAP SEOLAH-OLAH AKU INI TIDAK PERNAH ADA?" Teriak Jimin frustasi, dia sudah muak memendam semuanya sendiri, kini dia ingin jawaban dari pertanyaan yang menghantuinya selama sepuluh tahun ini.

"JAWAB AKU HYUNG" teriak Jimin menggema diruang tamu

"Kau mau tau? Kau mau tau apa alasan kenapa selama ini aku mengabaikanmu?" Tanya jin seraya mendekati Jimin " ITU KARNA SETIAP KALI AKU MELIHATMU AKU AKAN INGAT PENYEBAB DARI KEMATIAN EOMMA DAN JUGA APPA!!" Teriak Jin tak kalah tinggi "aku merasa sakit setiap kali  melihat matamu, bayangan kecelakaan hari itu terus melintas dipikiranku setiap kali aku menatapmu. Itulah kenapa selama ini aku  selalu mengabaikanmu!! Aku sudah mencoba untuk bisa kembali menjadi Hyungmu seperti dulu tapi nyatanya waktu selama sepuluh tahunpun tidak mampu menyembuhkan lukaku karna setiap kali aku melihatmu aku akan selalu teringat pada hari terkutuk itu!!" Jin berteriak seolah ingin mengeluarkan semua amarahnya dia benar-benar tidak bisa mengontrol emosinya sehingga terpancing dan mengutarakan hal yang selama ini dipendamnya.
Sementara Jimin dia membeku ditempatnya, dia terlalu terkejut mengetahui bahwa selama ini hyunganya berpikir bahwa dialah penyebab kematian kedua orang mereka, setidaknya itulah yang dia tangkap dari ucapan jin.

"Sekarang kau puas!! Kau puas mendengar jawabanku park jimin?!! Sekarang berhentilah membuat keributan" jin pergi meninggalkan Jimin yang kini mulai terisak namun lama-kelamaan isakan itu berubah menjadi tangis memilukan.

"A..apa itu benar hiksss benarkah karna aku eomma dan appa meninggal hiks..." Jimin pergi meninggalkan rumah membiarkan kakinya melangkah kemanapun dia mau.

Seokjin masuk kedalam kamarnya dan membanting pintu dengan kuat.dia melemparkan tasnya sembarangan dan melempar semua barang yang dia gapai untuk meluapkan kekesalannya.

"Arggggg" teriak Jin frustasi
Jin terduduk dilantai dan menenggelamkan wajahnya dikedua lututnya

"maafkan Hyung  hikss maafkan Hyung... hari ini seharusnya kau merasa bahagia tapi Hyung justru memberi luka untukmu" inilah salah satu alasan kenapa jin lebih memilih untuk menghindari Jimin, karna dia tidak ingin kehilangan kendali seperti yang baru saja terjadi, jin meraih sebuah bingkai foto yang berada diatas nakas

"eomma appa mianhe hiksss...hari ini aku menyakiti Jimin, aku seharusnya tidak mengatakan hal itu padanya tapi dengan bodohnya aku yang terpancing emosi justru mengatakan banyak hal yang melukai perasaannya. Jimin pasti berpikir aku menyalahkannya atas kecelakaan itu hikks... Memang benar bayangan kecelakaan itu selalu terlintas dipikiranku saat aku melihatnya tapi aku bersumpah!! Aku tidak pernah menyalahkannya untuk itu, tidak sekalipun!! Hiksss..mianhe Jim Hyung tak bermaksud mengatakannya" seokjin terus menangis menyesali apa yang sudah dia katakan pada Jimin, dia tidak bermaksud mengatakan itu tapi entah kenapa tadi dia begitu terpancing sampai tanpa sadar mengatakan hal yang kini sangat menyakiti hati adiknya itu.

It's sadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang