Saat memandang senja aku selalu mengingatmu, tatapan teduhmu, senyum manismu, dan semua tentangmu. Seolah senja telah menggambarkanmu dengan warna jingganya. Dan aku iri pada senja yang bisa dikagumi oleh makhluk manis seperti mu.
-Aland Stevano Wijaya
.
.Happy Reading🌼🌼
Hari ini adalah kepulangan Sisi setelah 1 minggu dalam masa pemulihan. Siang ini Sisi sudah diperbolehkan pulang, Aland juga menepati janjinya untuk tidak akan ada konsultasi lagi dengan psikiater.
Kondisi Sisi lebih baik sekarang, kata dokter mungkin dua minggu lagi Sisi bisa menompang tubuhnya sendiri dan berjalan dengan lancar. Masih sedikit kaku bagi Sisi untuk berjalan sendiri jadi dia masih butuh bantuan seseorang untuk membantunya berjalan. Seperti saat ini, Aland membantu Sisi memasuki rumahnya.
"Gue pake kamar bawah aja, capek kalo turun tangga terus." Ujar Sisi memberitahu Aland.
"Gue yang bakal gendong lo tiap hari buat turun tangga." Jawab Aland dengan sabar membantu Sisi berjalan perlahan.
"Engga, kalo gitu lo harus tiap hari kesini. Gue juga mau latihan jalan sendiri."
"Emang gue bakal tiap hari ke sini."
"Ngapain, lo gak ada kesibukan gitu selain nempel mulu sama gue?" Tanya Sisi kesal.
"Lo aja lupa, emang biasanya gue nempel sama lo mulu kok." Jawab Aland.
"Lo gak inget kalo dulu lo minta gue dateng terus buat nemenin lo." Lanjut Aland.
"Gak, lo ngada-ngada pastinya. Gak mungkin gue gitu ya," sahut Sisi tak terima.
Sisi hanya memutar bola matanya malas, Sisi hanya tidak ingin merepotkan Aland sedangkan Aland selalu ingin dirrpotkan oleh Sisi. Orang tua Sisi yang berjalan di belakang mereka tertawa kecil melihat perdebatan antara mereka.
Kini mereka duduk di sofa ruang tamu, Sisi jadi menempati kamar bawah karena orang tuanya juga khawatir jika Sisi ingin turun tangga dan sedang tidak ada orang di rumah. Meskipun Aland menawarkan diri akan membantu Sisi, tapi siapa yang tahu Aland akan ada setiap saat pasti juga Aland punya kesibukan di luar sana.
"Yaudah, biar disiapkan kamarnya sama bi Sulas. Mama juga gak kepikiran sebelumnya kalo kamu bakal di kamar bawah." Ujar Sarah, lalu pergi ke kamar yang akan ditempati Sisi.
Sisi melihat kepergian Mamanya yang kemudian disusul oleh Papanya, pandangannya kini teralih pada Aland yang membuatnya kaget karena Aland yang sedang menatapnya tanpa berkedip. "Heh," sentak Sisi menyadarkan lamunan Aland.
"Hah, apa?" Tanya Aland linglung sekaligus malu saat ketahuan menatap Sisi.
"Orang tua gue aneh ya, gak biasanya mereka kek gini. Gue gak terbiasa." Kata Sisi memelankan suaranya.
"Mereka udah sadar kalo lo berharga buat mereka, sekarang tinggal lo mau gak maafin mereka?" Tanya Aland.
Sisi tersenyum, "seburuk apapun mereka juga tetep orang yang udah buat gue ada di dunia ini Land. Gimana bisa gue gak maafin mereka." Jawab Sisi.
Aland ikut tersenyum melihat senyum Sisi, apa ini akhirnya kebahagian yang Sisi ingin rasakan sejak dulu. Sisi selalu ingin keluarganya hangat seperti dulu sebelum kejadian bunuh diri kakaknya. Tapi kini ingatan Sisi tentang Aland belum sepenuhnya kembali, Sisi hanya ingat saat dia meminta pindah sekolah kepada ayahnya.
"Gimana ingatan lo?" Tanya Aland.
Sisi menggelengkan kepalanya, merasa belum ada perkembangan dari ingatannya. "Gue pengen bisa inget lagi Land, gue juga pengen inget temen-temen. Apa gue ke sekolah ya, siapa tahu gue inget sesuatu di sana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Happiness Seekers
أدب المراهقينREVISI Wait for new version;) First story, jadi Follow dulu sebelum baca dan semoga suka sama cerita ini. ••• Seorang gadis introvert yang menutup diri dan menciptakan dunianya sendiri. Dia yang berteman dengan sepi, serta kesendirian adalah hal f...