25. Memburuk

61 22 72
                                    

Gue gak ngijinin lo tinggalin gue, katanya lo gak bisa tanpa gue dan sebaliknya gue gak bisa tanpa lo.
.
.
.
Happy Reading
🌼🌼🌼

Hari demi hari berlalu begitu cepat, sudah satu bulan lebih Sisi dalam kondisi koma. Tidak ada perkembangan baik sama sekali sejak kecelakaan itu terjadi.

Setiap hari sebelum berangkat sekolah Aland pasti akan menyempatkan diri mengunjungi Sisi di rumah sakit. Kini sifat Aland telah berubah, bukan hanya cuek seperti dulu tapi kini sifatnya dingin tak tersentuh.

Kini Aland tengah merokok di rooftop sekolah dengan di temani oleh ketiga temannya. Mereka berada di rooftop sedangkan pembelajaran tengah berlangsung.

"Land lo udah abis satu bungkus rokok hari ini, Sisi kan nyuruh lo berhenti rokok kenapa malah makin jadi sih. Lo mau kalo Sisi udah sadar marah sama lo karena gak nurutin dia." Omel Ardi.

"Bacot." Sinis Aland tapi ia tetap mematikan rokoknya.

Ardi hanya mengusap dadanya sabar menghadapi Aland, ia telah bicara panjang lebar dan hanya dijawab seperti itu oleh Aland.

Sebelumnya Aland memang hampir berhenti merokok karena Sisi yang memintanya, tapi semenjak kecelakaan itu Aland tak lagi memperhatikan kesehatannya.

"Cepet sadar Si, lo harus liat kondisi Aland kalo gak ada lo." Batin Ardi.

"Ke kantin aja kuy, laper gue dari pada nanti gue makan lo pada." Ujar Bagas bersaha mencairkan suasana.

Aland tak menjawab namun ia berdiri mengiyakan ajakan Bagas. Melihat Aland bersiap meninggalkan rooftop, ketiga temannnya juga mengikutinya.

"Lusa ulang tahun gue Si, hadiah yang gue mau cuma lo bangun dari koma." Batin Aland.

Di perjalanan menuju kantin mereka sembari berbincang atau lebih tepatnya hanya Ardi dan Bagas yang berbicara. Karena kini ada 2 balok es diantara mereka, yaitu Aland dan Reyhan.

"Rey ngomong napa lo, diem aja gue sampe lupa punya temen kayak lo." Celetuk Bagas.

"Gak guna." Balas Reyhan membuat Ardi tertawa.

"Diem lo, gak ada yang lucu." Sinis Bagas pada Ardi.

Di kantin

Bagas telah memesankan makanan untuk mereka, kini tinggal menunggu makanan tiba. Namun tiba - tiba seorang gadis atau lebih tepatnya adik kelas mereka duduk di kursi tepat di dekat Aland.

Gadis itu adalah Nisya, dia masih kelas 10 dan semenjak masuk sekolah ini dia menyukai Aland. Nisya selalu memberi surat dan coklat di meja Aland yang berakhir di tangan Bagas dan Ardi.
Aland memang membiarkan gadis itu selagi ia tak mengusik ketenangannya.

"Siang kak Aland, nih aku ada coklat buat kakak." Ujar gadis itu.

Aland tak menghiraukan gadis itu, ia tengah bermain game online di ponselnya dengan Reyhan. Sedangkan Ardi dan Bagas yang melihat gadis itu langsung membicarakannya.

"Dia adek kelas yang itu?" Tanya Ardi pada Bagas dengan suara berbisik.

"Iya bibit cabe kayaknya." Jawab Bagas terkekeh.

Melihat penampilan Nisya dengan rok diatas lutut, seragam yang diketatkan serta wajah yang full make up membuat jiwa menghujat Bagas bergejolak.

"Kak temen kakak ngomongin aku tuh." Adu Nisya pada Aland yang tak Aland hiraukan sama sekali.

"Eh kita aja gak kenal sama lo, sok ngadu sama Aland emang situ siape?" Sinis Bagas.

Happiness SeekersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang