7. Arti Persahabatan

221 149 152
                                    

Happy Reading...

Perasaan ini terlalu dini untuk disebut Cinta
.
.


Sisi telah sampai di sekolahnya setelah berjalan dari halte tempat ia diantar oleh supirnya. Yang ia lihat sepi hanya ada beberapa siswa yang mungkin datang untuk piket.

"Apa gue ke rooftop aja kali ya, di kelas pasti juga bosen." Gumamnya.

Setelah melewati banyak anak tangga, akhirnya Sisi telah sampai di atap sekolah. Setahunya rooftop jarang di datangi oleh para murid, karena tempatnya yang sepi hingga terkesan anggker.

Sisi tidak tahu saja kalau ini tempat biasa Aland dkk untuk bolos.

Sisi berdiri di pinggiran rooftop, ia melihat kebawah dimana jalan raya yang cukup lancar karena mungkin masih pagi. Ia terus menatap lurus ke depan, tanpa disadari sedari tadi sudah ada yang memperhatikannya.

"Ngapain disini?" tanya Aland melihat Sisi tengah berada di rooftop.

"Gak ada."

"Ada apa? Gue kan sahabat lo nih sekarang, jadi kalo ada masalah cerita aja." Ujar Aland yang melihat Sisi sepertinya bad mood hari ini.

Aland berjalan kearah Sisi, lalu berdiri di sebelahnya.

"Gue gak papa." Kata Sisi dengan senyum tipisnya, ia tak mau Aland semakin ingin tahu tentangnya.

"Gue mau sendirian Land." Ujar Sisi lagi.

"Sekalipun lo milih untuk sendiri lo tetep butuh seseorang." Kata Aland.

"Gue gak butuh siapa - siapa kok." Balas Sisi sembari memainkan ponselnya, dia tidak mau menatap Aland.

Jujur Aland benar kalau ia memang butuh seseorang untuk menampung masalahnya.

"Tapi apa ada orang yang mau deket sama orang gila kayak gue." Batin Sisi.

"Lo gak sendiri." Ujar Aland memandang lurus ke arah depan.

"Gue tahu." Jawab Sisi.

"Gue sebagai sahabat bukan untuk mencampuri atau mau tahu lebih soal sahabat gue. Tugas gue cuma mendengarkan saat lo cerita, selalu ada saat lo butuh, dan mengingatkan saat lo di jalan yang salah." Ujar Aland.

"Kalau gue gak cerita bukan berarti gue gak nganggep lo sahabat, tapi semua orang butuh waktu untuk menceritakan isi hati atau pikirannya karena kadang siap mental belum tentu siap batin." Kata Sisi.

"Ngak papa nanti kalau lo udah siap buat cerita di situlah gue harus ada menjadi sosok sahabat yang sesungguhnya."

Sisi tertegun mendengar setiap ucapan Aland, ia berusaha menjauhi Aland bahkan berfikir buruk soal Aland.

"Gue belum sarapan, mau ke kantin?" Tanya Sisi juga untuk mengalihkan pembicaraan mereka.

"Kuy lah." Aland menarik Sisi menuju kantin sedangkan Sisi merasa ada yang aneh. Entah itu perasaan tidak enak karena belum bisa bercerita pada Aland atau apa ia tak mengerti.

Di Kantin

Aland dan Sisi duduk berhadapan di salah satu meja kantin seraya menunggu pesanan mereka.

"Si lo suka makan apa?" Aland berusaha mencairkan suasana yang hening karena di kantin memang hanya mereka berdua.

"Apa aja asal jangan sayur." Jawab Sisi tanpa mengalihkan perhatiannya dari ponselnya.

"Ck taruh dulu kek Hp nya kalo lagi ngobrol apalagi ntar lagi mau makan!" Decak Aland karena Sisi tidak menoleh kearahnya.

Sisi menaruh benda pipih itu, kemudian menatap Aland dan bersamaan dengan itu makanan mereka dataang. Sisi dan Aland memesan nasi goreng dan teh hangat, Aland memang tidak sarapan demi bisa mengobrol dengan Sisi karena jika siang pasti banyak halangannya.

Happiness SeekersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang