1. Awal

339 207 356
                                    

Jangan terlalu baik memperlakukan orang lain, kadang mereka bisa lupa diri dan meminta kita melakukan lebih.
.
.

Di sebuah ruang kelas yang hanya diisi oleh seorang gadis yang kini tengah membaca sebuah buku novel. Pikirannya berkelana begitu menghayati ilusinya, memang ruang kelas tengah sepi karena masih pagi jadi teman sekelasnya belum datang.

Tiba - tiba seorang remaja laki - laki datang dan menepuk pundaknya, gadis itupun mengalihkan perhatiannya dari buku yang ia baca. "Kenapa?" Tanyanya.

"Gue nyontek tugas MTK yang kemaren," ujar laki - laki itu.

Setelah mendapat apa yang ia minta laki - laki itupun pergi dari hadapan gadis itu. Gadis itu hanya tersenyum kecut, semua teman - temannya hanya memanfaatkannya saja, pikirnya.

"Sisi," panggil seseorang dari arah pintu masuk.

Gadis itu menoleh, ia meletakkan buku yang tadi ia baca. "Kenapa Nin?" Tanyanya.

"Ke kantin yuk, lo yang traktir tapi." Ujar seorang yang tadi memanggilnya.

"Gue udah sarapan, lagian juga gue mager." Ujar Sisi menolak, lalu ia melihat temannya tadi langsung pergi tanpa mengucapkan apapun pada Sisi.

"Emang gak seharusnya gue terlalu baik sama kalian, liat sekarang kalian lupa diri dan cuma manfaatin gue." Batinnya.

Dia adalah Sisilia Nathalie Dinata atau yang biasa dipanggil Sisi. Sisi adalah gadis ramah yang dikenal baik serta pintar di kelasnya, karena kebaikannya itu ia selalu dimanfaatkan oleh teman - temannya. Benar - benar tidak ada yang tulus berteman dengannya.

Ia kesepian, tidak ada satu orang pun yang menemaninya bahkan dalam keadaan rapuh sekalipun. Segala ia lakukan agar dia memiliki banyak teman, tapi nyatanya sekarang tidak ada satu pun orang yang dekat dengannya.

Semua orang yang berteman dengannya hanya memanfaatkannya saja, awalnya ia kira hal itu wajar dalam pertemanan. Tapi melihat temannya yang mendekat hanya karena menginginkan sesuatu setelah itu ia menjauh lagi, itu membuktikan kalau dirinya hanya dimanfaatkan.

Sifatnya yang sensitif membuat ia mudah menangis tapi dia juga mudah menutupinya, karena ia tidak ingin menangis dihadapan orang lain atau terlihat rapuh di mata orang lain.

"Woii bengong aja lo," ujar seseorang membuat lamunan Sisi buyar.

Sisi memutar bola matanya malas, ia tahu pasti laki - laki dihadapannya ini ada maksud tertentu datang ke kelas Sisi. "Ngapain lo di sini?" Tanya Sisi.

Dia Andi yang terkenal dengan kenakalannya karena sering ikut balapan liar. Beberapa kali ia juga meminjam uang dengan jumlah yang lumayan banyak pada Sisi hanya untuk bahan taruhannya.

"Gue mau ngajak lo nanti malam, mau gak?"

"Gak, gue ada acara keluarga," alibi Sisi untuk menolak ajakannya.

"Lo cuma nonton balapan aja, temenin gue biar gue gak dikira jomblo." Ujarnya kekeh mengajak Sisi.

Sisi berdiri dari duduknya. "Gue gak bisa." Ujarnya lalu pergi meninggalkan kelasnya.

Sisi tahu maksud dari laki - laki tadi, pasti ujung - ujungnya akan ada taruhan. Jika ia tidak meminjam uang maka berarti Sisi yang akan nenjadi bahan taruhannya.

***

Bel pulang sekolah telah berbunyi, Sisi keluar dari kelasnya berjalan menuju gerbang menunggu jemputannya datang.

Brumm Brumm

Sebuah motor berhenti tepat di depan Sisi membuat Sisi memutar bola matanya malas. "Apa lagi sih Andi." Ujar Sisi menahan kesal.

Lelaki yang mengajak Sisi tadi pagi itu masih berusaha membuat Sisi mau mengikutinya malam nanti.

"Ikut kan nanti?"

"Gue udah bilang gue gak bisa Andi," kata Sisi kesal.

Andi turun dari motornya menghampiri Sisi, jika Sisi tak mau kenapa ia tidak bisa memaksa. "Gue mau lo ikut," ujar Andi dengan menatap tajam Sisi.

"Gue tahu maksud lo apa ngajak gue, sayangnya gue gak sama kayak cewek yang biasa lo ajak itu." Ujar Sisi lalu berlalu dari hadapan Andi.

Jawaban Sisi membuat Andi kesal. "Liat aja besok." Gumamnya sembari menatap Sisi yang mulai menjauh.

Sisi memasuki mobil Sedan putih, untung sekali supirnya menjemput tepat waktu. Sebenarnya ia takut jika Andi terus memaksanya, tapi rasa takutnya ia sembunyikan agar tak terlihat oleh Andi. Sisi merogoh saku roknya, ia mengeluarkan benda pipih dari sana untuk menghubungi seseorang.

"Assalamualaikum, Pah." Ujar Sisi dengan ponsel yang menempel di telinganya.

Ya, dia menghubungi Papanya Rico.

"....."

"Aku mau pindah sekolah." Ujar Sisi to the point.

"....."

"Terserah dimana aja, yaudah aku tutup dulu ya Pah. Assalamualaikum," ujar Sisi mengakhiri telponnya.

Tutt

"Mungkin ini pilihan terbaik saat ini," batin Sisi.

"Kenapa non Sisi mau pindah sekolah?" Tanya sang supir karena mendengar Sisi akan pindah sekolah.

Sisi memang sangat akrab dengan seluruh pekerja di rumahnya. Sering ditinggal di rumah sendiri membuat Sisi dekat dengan para pekerja karena memang Sisi jarang keluar rumah jika tidak terlalu penting.

"Cari suasana baru aja pak, bosen." Jawab Sisi.

Bukan hanya ajakan Andi saja yang membuat Sisi memilih pindah sekolah, ia juga sudah mulai jenggah dengan teman - temannya. Sudah cukup ia dimanfaatkan oleh mereka, setelah ini ia tidak akan mau lagi dibodohi lagi oleh orang lain.

Sisi memandang keluar jendela mobilnya. "Gue harap bisa nemuin kebahagiaan gue nanti." Batinnya.

TBC

Tolong vote ya, ini first story ku.
Sebenernya ceritanya gak mau dipublish cuma setelah direvisi lagi akhirnya aku publish. Bantu vote ya sama coment mana yang harus diperbaiki.

Happiness SeekersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang