9. Nyaman

195 137 252
                                    

Emang ada ya manusia tanpa kekurangan? Gue gak mau sama yang sempurna, tapi yang gue mau orang yang bisa buat gue nyaman.
.
.

Saat tengah tertidur Sisi merasa ada yang mengelus kepalanya, dia berharap itu Ibunya. Saat membuka mata yang dilihat pertama kali oleh Sisi adalah Aland.

"Aland?" Suara serak khas bangun tidur.

"Kirain Mama." Lanjut Sisi dalam hati.

"Eh kebangun? Sorry ganggu istirahat lo ya?" Ujar Aland merasa tak enak telah membangunkan Sisi.

"Enggak kok, santai aja. Gue cuci muka dulu ya." Kata Sisi lalu beranjak menuju kamar mandi.

"Gue ketiduran lagi, habis nangis." Gumam Sisi yang kini berada di depan washtafel.

Sisi tadi membaca wattpad yang bercerita tentang posesive brother, betapa beruntungnya orang itu begitu dijaga oleh Kakaknya. Sedangkan Sisi, jangankan di jaga yang Sisi peroleh hanya malu ketika kakaknya memarahinya di depan umum.

Sisi kembali menangis, kenapa takdir tidak adil padanya. Bukankah uang orang tuanya sudah banyak kenapa mereka masih bekerja keras. Mungkin kalau kakak perempuan Sisi masih hidup dia tidak akan kesepian seperti ini.

Sisi iri ketika mendengar temannya bercerita mengenai Abangnya, membanggakan Abangnya, yang bisa Sisi lakukan hanya mengarang cerita atau diam karena malas berbicara.

Apa yang ingin diceritakan kepada temannya mengenai Abangnya yang hanya bisa marah, mengamuk atau bersikap dingin padanya. Sama sekali bukan hal yang bisa dibanggakan bukan.

"Si lo gak ketiduran kan di dalem?" Teriak Aland dari luar kamar mandi.

"Enggak bentar yaa." Teriak Sisi dan mencuci mukanya lagi.

Setelah selesai, Sisi keluar dari kamar mandi dan duduk di atas kasurnya.

"Lo nangis ya sebelum tidur, kenapa?" Tanya Aland.

"Oh itu tadi gue baca wattpad, gila baper banget gue sampe nangis trus ketiduran deh." Ujar Sisi, benar kan dia baper pada cerita di wattpad.

"Masak sih?" Aland menaikkan sebelah alisnya.

"Iya lo liat kan tadi Hp gue masih nyala" ujar Sisi yang diangguki oleh Aland.

"Gimana udah mendingan? Lo sakit apa?" Tanya Aland.

"Udah sembuh kok, cuma masuk angin doang."

"Kalo udah sembuh bisa dong besok jooging?" Ajak Aland.

"Sebenarnya mager sih, tapi dimana?"

"Di tempat biasa taman kota" ujar Aland.

"Ohh oke"

Kemudian mereka mengobrol, membicarakan hal - hal yang penting seperti tugas hari ini dan bercerita apa saja yang dilakukan mereka seharian. Sisi tetap masih ragu pada Aland, mereka bahkan baru kenal dan sekarang sudah mulai dekat.

"Jujur gue nyaman Land, tapi gue sadar diri orang gila kayak gue itu gak pantes ditemenin gini" batin Sisi.

"Si sifat lo aslinya yang mana sih, kadang cuek, kadang pendiem, kadang ramah. Yang asli yang mana coba?" Tanya Aland, Sisi pun bingung harus menjawab apa.

"Ya simpulin aja sendiri lah." Ujar Sisi mengedikkan bahunya.

"Lo susah ditebak Si. Tapi gue gak mau nebak lo, gue mau lo nunjukin sifat asli lo ke gue." Ujar Aland menatap Sisi lekat.

"Up to you."

"Eh udah sore aja, gue pulang yak, btw bokap nyokap lo mana?" Pertanyaan Aland mampu membuat Sisi menampilkan wajah datarnya, tapi segera ia menormalkan ekspresinya lagi.

Happiness SeekersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang